;
top of page

A Barbaric Proposal Chapter 43

  • 2 Jun
  • 8 menit membaca

Diperbarui: 25 Agu

~Pasangan yang Ditentukan~

Ia ingin menciumnya.

Namun, entah mengapa, rasa malu menyelimuti dirinya.

Dulu, ia pernah berinisiatif menciumnya, jadi seharusnya tidak sesulit sekarang. Mungkin kala itu ia bisa melakukannya karena belum memahami apa pun.

Sekarang, setelah tahu bagaimana rasanya mencium pria ini... rasanya sulit sekali melakukannya.

[Black] "Aku tak terlalu mahir dalam hal semacam ini," ucap Black sambil menatap jari-jari Liene yang menyentuh lembut lehernya.

[Liene] "Hal semacam apa yang kau maksud...?"

[Black] "Hal-hal seperti ini," jawab Black seraya meraih tangan Liene, menariknya mendekat, dan meletakkannya di sisi wajahnya. Ia berlutut untuk menyamai tinggi Liene.

[Black] "Aku tak tahu apa-apa soal perempuan dan pengalamanku di bidang ini juga minim. Walaupun kau memberiku isyarat, aku tak terlalu peka, jadi mungkin saja aku salah menafsirkan."

Black kemudian meraih tangan Liene yang lain. Dengan suara yang perlahan memudar, ia meletakkan tangan Liene di pipinya yang satu lagi.

Hingga akhirnya, kedua tangan Liene memegang kedua sisi wajah Black.

[Black] "Raut wajahmu saat ini, apakah artinya kau ingin menciumku?"

[Liene] "..."

...Ia bilang tak punya pengalaman, tapi apa yang sedang terjadi sekarang? Apa maksud perkataannya?

[Black] "Beritahu jika aku salah. Atau, aku akan menafsirkannya sesuka hatiku."

Pria ini pasti berbohong.

Liene tidak sepenuhnya yakin, tetapi pria ini mungkin sangat pandai berbohong.

[Liene] "Kau tidak salah..."

Mendengar jawaban Liene yang sepelan bisikan nyamuk, Black menyeringai.

[Black] "Kau mau aku menciummu?"

Kenapa ia menanyakannya padahal sudah tahu jawabannya...?

[Black] "Kalau begitu, aku akan melakukannya jika kau melakukan sesuatu untukku."

...Tunggu, ada yang aneh. Apakah pria ini mencoba mengajukan syarat untuk sebuah ciuman?

[Liene] "Jika kau tidak mau, tidak apa-apa..."

Namun, sebelum Liene sempat menolaknya, Black dengan cepat menyuarakan pertanyaannya.

[Black] "Tadi kau bicara sendiri. Apa yang kau maksud ā€˜akan menyenangkan’?"

[Black] "Kau bilang akan 'menyenangkan' jika bertemu denganku di Kuil."

[Liene] "Yah, aku kira... jika aku... pergi... maka... aku akan bertemu denganmu... dan kemudian kita bisa... pergi bersama..."

[Black] "Lalu?"

[Liene] "Dan kupikir akan lebih baik daripada pergi sendiri..."

[Black] "Kau lebih suka bersamaku daripada sendiri?"

Liene begitu gelisah, matanya dengan cepat kehilangan fokus, menatap sekeliling dan berusaha keras untuk menetap sesuatu.

[Black] "Jawab aku. Kau senang bersamaku?"

[Liene] "...Kau sudah tahu, bukan?"

[Black] "Tapi aku tetap ingin mendengarmu mengatakannya."

Menatap Liene, Black menundukkan kepalanya mendekati Liene.

[Black] "Pejamkan matamu. Aku akan menciummu."

[Black] "..."

Ia bersikap sedikit jahat dan menggodanya, jadi Liene berpikir akan tetap membuka matanya lebar-lebar. Namun, begitu mendengar perintahnya, ia secara otomatis memejamkan mata tanpa ragu.

Tepat sebelum bibir mereka bersatu, Black berbisik kepadanya.

[Black] "Berikan bibirmu... padaku."

Black mengajukan banyak tuntutan, namun, meskipun pikiran itu ada di benaknya, Liene tetap membuka bibir. Dan bagaimana jika hal ini terus berlanjut di masa depan?

Sejujurnya, hatinya sudah tahu bahwa jawaban untuk pertanyaannya tidaklah penting.

Apa pun yang Black minta darinya selalu mudah ia lakukan.

Seolah memberitahunya bahwa Liene bahagia saat bersamanya dan sekarang ia menyukainya, pada momen ini Liene dengan suka rela membuka bibirnya.

Aku akan memberitahunya hari ini.

Dari kamar mandi, terdengar suara air yang samar dari balik pintu. Suara Black, sedang membersihkan diri sebelum tidur.

Setelah mengenakan baju tidurnya dan membersihkan diri, Liene duduk di depan cermin, menyisir rambutnya, dan berjanji pada dirinya sendiri.


Baca Novel A Barbaric Proposal Bahasa Indonesia Chapter 43 Pasangan yang Ditentukan  oleh Lee Yuna. Baca Novel A Savage Proposal Baca Novel Terjemahan Korea

Aku tidak hamil.

Saat itu, aku berbohong, berpikir bisa menolak lamaranmu. Maaf sudah menipumu.

Anak yang kumiliki nanti akan menjadi anakmu, bukan anak orang lain.

Begitulah cara ia akan mengatakannya.

Ia merenungkannya begitu dalam, sampai tidak menyadari betapa gemetarnya jari-jarinya. Dalam beberapa hal, memberitahunya hal ini seharusnya bukan masalah besar, tapi ia sangat gugup sampai mulutnya terasa benar-benar kering.

...Lalu, haruskah aku memberitahunya kalau aku juga tidak punya pengalaman?

Hal itu sedikit mengganggu pikirannya.

Jika ia mengatakan tak pernah tidur dengan Laffit, percakapan tentu akan mengarah ke sana. Namun, masih sangat memalukan bagi Liene untuk memikirkannya.

...Dan aku yakin pria itu punya pengalaman.

Ia teringat apa yang Black katakan sebelumnya.

—'Aku tidak tahu apa-apa soal perempuan dan pengalamanku di bidang ini juga minim.'

Minim pengalaman dan sama sekali tidak punya pengalaman adalah dua hal yang sangat berbeda. Dan Black terlalu mahir dalam segala hal, sehingga sulit dipercaya ia sama sekali tidak punya pengalaman.

Tapi memikirkannya membuat Liene merasa sedikit aneh. Seperti emosinya tiba-tiba menjadi bergelombang dan kasar.

Apakah artinya... ia pernah melakukannya dengan wanita lain?

Ia tak bisa tidak bertanya-tanya.

Berapa kali ia mencuri ciuman dari wanita lain dengan penuh gairah, menatap bibirnya bahkan setelah ciuman usai karena merasa sayang ciuman itu telah berakhir?

Dan ketika wanita itu bertanya mengapa ia tiba-tiba memeluk dan menciumnya, apakah Black juga akan mengatakan karena wanita itu 'cantik'?

Seperti yang dilakukannya padaku?

Tiba-tiba, suasana hati Liene merosot.

Tidak masuk akal, tapi entah mengapa ia merasa sedikit kesal.

Black mengambil banyak hal 'pertama' darinya, tapi hal yang sama tidak bisa ia lakukan pada Black. Meskipun ia tahu tidak adil jika ia merasa seperti itu.

Ia tidak punya hak untuk merasa disakiti.

Ia tidak tahu aku belum pernah bersama pria lain... Ia mungkin lebih kesal dariku.

Jadi ia memutuskan harus memberitahukan yang sebenarnya. Ia akan memberitahu Black bahwa ia adalah pria pertama baginya, lalu ia akan bertanya tentang wanita-wanita yang pernah Black temui di masa lalu.

Mungkin tidak akan banyak mengubah keadaan, tapi ia pikir setidaknya ia harus mendengarkannya.

Ya. Hari ini.

Hari ini, mereka akan berbicara yang sejujurnya.

Ketuk, ketuk.

Kemudian, terdengar ketukan kecil menggema di pintu kamarnya.

[Liene] "Siapa itu?"

Masih ada suara air yang samar dari kamar mandi, jadi jelas bukan Black tapi orang lain. Setelah melirik sekilas ke pintu kamar mandi, Liene mendekati pintu kamar tidur.

[Liene] "Siapa?"

[Ny. Flambard] "Saya, Putri.ā€

Dengan gembira, Liene membuka pintu.

[Liene] "Selamat datang kembali, Nyonya. Terima kasih sudah bekerja keras hingga larut malam."

Wajah wanita itu tampak sedikit lelah dan muram. Wajar saja, mengingat ia seharian berada di luar kastil.

[Ny. Flambard] "Saya tahu Anda pasti sudah siap-siap tidur... Tapi bolehkah saya berbicara sebentar dengan Anda?"

[Liene] "Ya, tentu saja. Masuklah."

[Ny. Flambard] "Terima kasih, Putri."

Nyonya Flambard masuk ke kamar tidur, tetapi begitu mendengar gerakan dan suara air dari kamar mandi, ia tiba-tiba berhenti berjalan dengan ekspresi terkejut.

[Ny. Flambard] "Apakah dia ada di sini?" Suaranya mencurigakan, sangat pelan.

[Liene] "Ya. Ia menginap di kamar sebelah."

[Ny. Flambard] "Kalau begitu, kita harus bicara di tempat lain."

[Liene] "Apa?"

Nyonya Flambard buru-buru menarik tangan Liene.

[Ny. Flambard] "Ini bukan sesuatu yang boleh ia dengar."

[Liene] "Lord Tiwakan, maksudmu? Ia tidak boleh mendengarnya?"

[Ny. Flambard] "Ya."

Ia mengangguk tegas, tetapi jika diperhatikan baik-baik, ia tidak hanya keras kepala. Ada ketakutan di matanya.

[Liene] "..."

Liene melirik kembali ke kamar mandi.

Apa yang Nyonya Flambard tidak ingin Black dengar? Liene bertanya-tanya apakah itu hal yang buruk, jika benar, maka ia juga tidak yakin ingin mendengarnya.

...Tapi ia harus mendengarkan. Jika ada hubungannya dengan Black, maka ia tidak bisa mengabaikannya. Ia harus tahu.

Menggigit bibirnya, Liene mengangguk.

[Liene] "Kalau begitu, ayo pergi."

Beranjak dari kamar tidur, Liene dan Nyonya Flambard pergi dengan sangat pelan, tanpa sedikit pun suara yang tertinggal.

Tempat tujuan mereka berdua adalah ruang audiensi di ujung menara selatan. Pasti tidak ada yang akan mencari mereka di sana pada waktu selarut ini.

Dan mereka tentu saja tidak bisa pergi ke kamar tidur Nyonya Flambard. Kamar lama Black berada tepat di seberangnya dan kini sering digunakan oleh Fermos sebagai kantor.

[Liene] "Sekarang, bicaralah dengan bebas. Ada apa?"

[Ny. Flambard] "Saya mencari pria tua seperti yang Anda minta, Putri. Dan saya menemukannya."

Ceritanya membutuhkan waktu untuk dijelaskan.

Pertama, sulit untuk menemukan dan bertemu dengannya.

Dengan tangga Kuil yang sedang dalam rekonstruksi, pintu masuk selalu ramai dan dipenuhi orang. Tidak ada tempat bagi pengemis tua untuk duduk dengan nyaman seperti sebelumnya, jadi Nyonya Flambard harus berjalan melewati gang-gang, bertanya-tanya tentang keberadaannya.

Dan saat itulah ia menyaksikan sesuatu yang aneh.

Ada seorang pelayan Kuil yang sedang memberikan air dan roti kepada pengemis tua, namun ia malah dipukuli dengan tongkat.

[Liene] ā€œTernyata, terjadi lagi..." Liene mengerutkan kening.

[Ny. Flambard] "Apakah Anda juga melihatnya, Putri? Saya tidak bisa hanya berdiri diam, jadi saya mencoba campur tangan. Tapi pelayan itu menghentikan saya. Ia bilang, ia memang pantas dipukuli lebih banyak."

Setelahnya, pria tua itu tidak berhenti sampai ia memukul beberapa kali lagi.

[Ny. Flambard] "Pria tua terlihat sangat kesal, jadi saya sedikit ragu untuk berbicara dengannya. Tapi setelah Anda mengajukan permintaan ini kepada saya, Putri, saya tidak bisa menghindarinya. Saya memintanya untuk menceritakan tentang Anda. Dan kemudian ia berkata..."

Lalu ia mengatakan sesuatu yang mirip dengan apa yang pernah Liene dengar.

"Dosa Nauk telah kembali. Putri Arsak akan berdarah."

[Ny. Flambard] "Saya sama sekali tidak memahaminya. Pengemis macam apa yang menggunakan kata-kata serumit para pendeta? Jadi saya memintanya untuk menggunakan kata-kata yang bisa saya mengerti untuk menjelaskan siapa orang itu. Saya rasa ia mengatakan sesuatu, tapi sangat sulit memahaminya. Saat itulah saya meminta menuliskannya. Tangannya sedikit tidak stabil dan gemetar, jadi ia kesulitan menulisnya di tanah..."

Ia baru berhasil menulis beberapa huruf ketika Fermos tiba bersama sekelompok tentara bayaran Tiwakan di sampingnya.

Fermos mengatakan ia datang ke Kuil untuk mencari seorang pelayan bernama Klimah. Membuat si pelayan dengan cepat melarikan diri dan orang-orang Tiwakan membawa pria tua untuk diinterogasi mengenai keberadaan si pelayan.

[Ny. Flambard] "Tapi... menurut saya aneh. Seorang pria tua dengan mata yang hampir tidak berfungsi tidak akan melihat ke mana pelayan itu melarikan diri."

Nyonya Flambard juga tidak melupakan permintaan khusus Liene untuk merahasiakan keinginannya menemukan pria tua. Ia tidak punya pilihan selain mundur agar tidak menarik perhatian.

Dan kemudian ada masalah lain.

Setelah orang-orang Tiwakan membawa pria tua pergi, Nyonya Flambard melihat ada bekas seseorang yang sengaja menginjak tanah.

Anehnya, itu adalah tempat di mana pria tua itu mencoba menulis nama seseorang.

[Liene] "Oh..." Liene menghela napas pelan.

[Ny. Flambard] "Saya bahkan tidak menyadari Tuan Fermos melakukannya. Ia berbicara begitu cepat, saya hanya berusaha mengikutinya. Tapi menurut saya aneh tempat yang ia injak di tanah kebetulan sama dengan tempat pria tua menulis."

[Liene] "..."

Lebih dari sekadar aneh.

Liene tahu betapa cerdiknya Fermos. Baginya, tidak ada tindakan yang tidak berarti, dan ia tidak melakukannya murni secara tidak sengaja.

Tapi pertanyaan masih menggantung di benaknya. Waktunya bertepatan dan terlalu sempurna.

Liene baru saja bercerita tentang pria tua kepada Black, dan Black mengklaim bahwa pria tua itu tidak akan bisa mengenalinya setelah bertahun-tahun. Lalu, Fermos pergi ke Kuil untuk mencari Klimah sang pelayan, dan menahan pria tua sebagai gantinya.

Sepertinya... Sepertinya ia sengaja memerintahkan Fermos untuk menyembunyikan si pria tua.

[Liene] "Apa maksudnya 'dosa' Nauk? Tampaknya pria tua itu tahu sesuatu. Itulah mengapa ia mencoba menulis nama."

[Ny. Flambard] "Dosa..."

Pria tua mengatakan Black akan membalas dendam.

Pembalasan dendam kematian keluarga tentu saja cukup untuk memicunya, tetapi Black mengatakan ia sudah melupakan semuanya karena sudah terlalu lama.

Putri Arsak akan berdarah. Tapi Black mengatakan ia datang untuk mengambil kembali Putri Arsak karena ia tidak ingin kehilangan tunangan masa kecilnya.

Jadi, mana yang benar?

[Liene] "Nyonya tidak bisa mengenali nama yang ia tulis?"

[Ny. Flambard] "Sayangnya tidak, Putri. Bahkan ketika pria tua mencoba menulisnya, tangannya gemetar, jadi tidak terlihat huruf yang tepat. Saya rasa saya melihat huruf 'P', tapi saya tidak yakin."

[Liene] "Hanya itu?"

[Ny. Flambard] "Maaf, Putri. Orang-orang Tiwakan muncul terlalu mendadak."

Keraguan menumpuk satu per satu.

Namun, ia tetap ingin percaya pada Black lebih dari apa pun.

[Liene] "Nyonya, apakah... Apakah kau tahu saat aku masih kecil, pernah ada pembicaraan tentang pernikahanku?"

[Ny. Flambard] "Maaf? Kapan itu?"

[Liene] "Saat ini... Sekitar dua puluh tahun yang lalu."

[Ny. Flambard] "Anda pasti masih sangat muda, Putri. Sebuah pernikahan pada usia itu agak berlebihan."

[Liene] "Betul... Tapi jika orang yang bersangkutan juga masih muda..."

[Ny. Flambard] "Kalau begitu itu pasti pernikahan yang diatur antar keluarga."

[Liene] "Ya, benar. Apakah Anda ingat sesuatu tentang itu?"

[Ny. Flambard] "Belum genap enam belas tahun sejak saya masuk kastil untuk melayani Anda, Putri. Ingatkah Anda? Pertama kali saya melihat Anda adalah saat ulang tahun Anda yang kesembilan. Seorang gadis kecil yang begitu berani dan dewasa. Ratu sakit dan Anda tidak bertindak kekanak-kanakan saat ia perlu istirahat di tempat tidur."

[Liene] "Itu... Itu benar. Saya bertemu Anda sebagai pengasuh ketika saya berusia sembilan tahun. Pertunangannya pasti terjadi sebelum itu."

[Ny. Flambard] "Ya. Saya belum pernah mendengar Anda bertunangan sebelumnya, Putri. Jadi pertunangannya tidak pernah diresmikan atau tidak pernah ada sejak awal."


Postingan Terkait

Lihat Semua

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Donasi Pembelian Novel Raw untuk Diterjemahkan

Terima kasih banyak atas dukungannya 

bottom of page