;
top of page

A Barbaric Proposal Chapter 40

  • 28 Mei
  • 8 menit membaca

Diperbarui: 25 Agu

~Petunjuk~

Saat berbicara, Fermos mengangguk setuju.

[Fermos] "Sebenarnya ada hal yang ingin saya sampaikan..."

[Liene] "Sebelum kau meneruskan, aku harus bertanya... Ada apa dengan wajahmu?"

Liene menghampiri Fermos dengan ekspresi bingung, menanti jawabannya.

Sebelah wajah Fermos sepenuhnya biru lebam. Liene ingat, wajah Fermos tampak bersih saat terakhir ia melihatnya, kala menyeret Lyndon Kleinfelter keluar dari kantor raja.

[Liene] "Kau baik-baik saja? Siapa yang melakukan ini padamu?"

[Fermos] "Ah, ini… yah…" Fermos melirik ke samping, sesaat beradu pandang dengan Black. "Saya bersyukur keadaannya tidak lebih parah dari ini."

Hanya orang bodoh yang tak akan paham. Sudah jelas pelakunya adalah Black. Liene menoleh kepada Black, keterkejutan terlihat nyata di wajahnya saat ia mencengkeram lengan Black.

[Liene] "Kau memukulnya? Tapi mengapa?"

Black menatap Fermos dengan tatapan tajam, namun sudah terlambat baginya untuk menarik kembali ucapannya. Sementara Black bergeming, Fermos bergegas menjawab.

[Fermos] "Ini memang salah saya. Saya tidak cukup cepat turun tangan dan meredakan situasi. Akibat kelalaian saya, pergelangan tangan Anda sampai terluka, Putri."

Liene menyipitkan mata, dahinya berkerut kala memandang Black.

[Liene] "Tapi aku rasa memukul siapa pun bukan respons yang tepat. Aku... aku tidak yakin hal seperti itu pantas dipuji."

Liene berpikir mungkin ada alasan mengapa Fermos butuh waktu untuk bereaksi, dan ia bisa menebaknya. Fermos mungkin tidak ingin ketahuan keluar masuk kantor tanpa izin. Belum lagi ia pasti penasaran apa yang akan Liene lakukan ketika berbicara dengan Lyndon Kleinfelter.

Mengingatnya kembali membuat kepalanya pusing. Ia tak ingin membayangkan betapa akan berbeda nasibnya jika saja ia menunjukkan tanda-tanda bekerja sama dengan Lyndon.

[Black] "Aku tidak bermaksud memukulnya," ujar Black, suaranya tetap hampa emosi seperti biasa. Namun entah mengapa, ia tampak malu.

[Liene] "Kau tidak bermaksud begitu?"

Black terdiam seribu bahasa. Namun, diamnya mampu menceritakan segalanya. Sebuah cerita di mana, pada saat Black tersadar, sebuah pukulan sudah melayang sebelum ia mendengar penjelasan lengkap dari Fermos.


Baca Novel A Barbaric Proposal Bahasa Indonesia Chapter 40 Petunjuk oleh Lee Yuna. Baca Novel A Savage Proposal Baca Novel Terjemahan Korea

Merasa Black dalam kesulitan, Fermos sigap berusaha memperbaiki keadaan.

[Fermos] "Sekali lagi, ini benar-benar salah saya. Terima kasih banyak atas perhatian Anda, meskipun asal-muasal ini semua dari Anda… Ah, tapi saya tidak… mengeluh…"

"Hah…" Liene menggelengkan kepala, menghela napas.

[Liene] "Bukan tempatku untuk menilai disiplin militer Tiwakan, jadi aku tidak akan mengatakan apa-apa. Tetapi kehadiranmu, Tuan Fermos, di Kantor Raja tetaplah tidak dapat diterima. Aku akan menjatuhkan hukuman yang lebih pantas nanti."

[Fermos] "Ya, tentu saja. Saya dengan rendah hati menanti keputusan Anda.ā€

[Liene] "Tapi apa yang kau lakukan di Kantor Raja?ā€

[Fermos] "Itu... yah, ada sesuatu yang ingin saya cari di catatan kerajaan. Saat saya mencoba menangani pekerjaan yang Tuanku percayakan, saya menemukan beberapa hal tentang Nauk yang perlu saya ketahui. Saya tidak ingin mengganggu Anda dengan setiap detail kecil, Putri."

Penjelasannya terdengar janggal. Satu-satunya benda berharga di Kantor Raja adalah segel kerajaan. Mungkin jika yang mereka bicarakan adalah Lyndon Kleinfelter, mungkin saja dia menginginkan segel, tetapi tidak ada alasan bagi Fermos menginginkannya.

[Liene] "…Baiklah kalau begitu. Lain kali, minta izin sebelum memasuki ruangan raja. Sekarang, apa yang terjadi pada Lyndon Kleinfelter?"

Fermos, yang merasa tak nyaman sepanjang waktu, mengalihkan pikirannya dari pembicaraan tersebut.

[Fermos] "Saya menempatkannya di ruangan yang sama dengan putra tidak sah. Saya tidak menyangka para bangsawan bisa begitu bersemangat. Penjara jadi cukup bising sekarang."

[Liene] "Aku kira aku seharusnya sudah menduga. Dia bukan tipe orang yang menerima hal seperti ini dengan tenang. Dan… bagaimana dengan Kleinfelter yang satu lagi?"

[Fermos] "Dia tetap berkelakuan baik. Saya mengira, apakah dia tahu sesuatu tentang 'bukti' yang dibicarakan sebelumnya, tetapi sepertinya dia tidak tahu apa-apa.ā€

[Liene] "Begitu rupanya.ā€

[Fermos] "Menurut saya, 'bukti' yang mereka maksud tidak pernah ada. Itu hanyalah tipuan untuk menipu Anda, Putri.ā€

[Liene] "Aku setuju. Jika memang ada bukti, aku rasa mereka tidak akan bisa menyimpannya selama ini.ā€

[Fermos] "Ya, mereka bisa menggunakannya untuk keuntungan mereka jauh lebih cepat. Seperti menggunakannya untuk mengklaim pernikahan kalian tidak sah, misalnya.ā€

[Liene] "Memang benar.ā€

Liene terkejut. Percakapan mereka singkat dan langsung pada intinya. Siapa pun yang melihat Fermos akan mengira ia adalah pria yang sangat terpelajar, namun kini kecerdasannya melampaui batas. Ia baru sebentar berada di Nauk, dan sudah berhasil memahami kebiasaan Lyndon Kleinfelter.

[Fermos] "Tapi ada sesuatu masuk akal yang dia bicarakan. Dia terus menyebutkan 'Perjanjian Risebury'. Apa Anda mengetahuinya?ā€

[Liene] "Sayangnya, aku tahu.ā€

[Fermos] "Mohon maaf jika saya telah mengangkat topik yang sensitif.ā€

[Liene] "Itu adalah perjanjian damai yang ditandatangani antara para tetua dan penasihat dewan aristokrat selama pemerintahan raja sebelumnya. Sebagian besar hak yang kini dinikmati keluarga Kleinfelter diperoleh dari perjanjian itu.ā€

[Fermos] "Perjanjian damai… sebagai akibat dari perang saudara?"

[Liene] "Sejauh yang kutahu, ya. Kekeringan berlangsung terlalu lama dan satu-satunya orang yang bisa diminta bantuan oleh rakyat adalah raja.ā€

Fermos mendecakkan lidahnya. "Seolah kekeringan belum cukup buruk."

Perjanjian damai ditandatangani pada masa yang bahkan tak bisa diingat oleh Liene, melambangkan aib keluarga kerajaan. Saat kekeringan berlanjut, rajalah yang pertama kali merasakan beban keuangan, sehingga ia memungut pajak dari para bangsawan.

Para bangsawan menentang keputusan raja, lalu menggalang kekuatan di bawah panji keluarga Kleinfelter, dan memulai perang yang nyaris memicu pemberontakan besar-besaran. Raja tak punya pilihan selain menandatangani perjanjian untuk mengakhiri konflik, namun yang terjadi hanyalah untuk membungkam keluarga kerajaan.

[Fermos] "Kalau begitu, apakah benar bahwa keputusan menghukum orang yang diadili—terutama yang dilindungi oleh perjanjian—harus disepakati bulat oleh semua pihak di dewan aristokrat?"

[Liene] "Aku khawatir, ya. Itu juga benar.ā€

[Fermos] "Jadi Anda punya pilihan untuk memusnahkan semua keluarga bangsawan atau menghancurkan perjanjian?"

[Liene] "Tidak ada satu pun keluarga bangsawan yang akan setuju untuk menghapuskan perjanjian.ā€

[Fermos] "Oh? Jadi lebih baik membunuh mereka semua?"

Sesaat, Liene mengira ia sedang bercanda. Topik membunuh menyentuh wilayah yang tidak masuk akal. Tetapi detik ia menyadari Fermos serius, Liene dengan tenang menggelengkan kepalanya.

[Liene] "Maka Nauk hanya akan terkoyak-koyak."

[Fermos] ā€œJumlah bangsawan memang tak seberapa… namun, Nauk adalah tanah yang sangat menjunjung tinggi ikatan kekeluargaan. Kita juga harus mempertimbangkan rakyat jelata, dan kesetiaan mereka yang bekerja di rumah-rumah bangsawan. Mereka semua memiliki keluarga yang akan ikut terseret dalam kekacauan ini."

[Liene] "Tepat seperti maksudku.ā€

Fermos menghela napas panjang, menegaskan bahwa ucapannya barusan sama sekali bukan gurauan.

[Fermos] "Saya cenderung lupa betapa rumitnya politik. Perang jauh lebih sederhana."

Tepat saat Fermos selesai bergumam pada dirinya sendiri, Black mengucapkan satu kata.

[Black] "Kau sudah terlalu banyak bicara."

[Fermos] "…Ah, benar.ā€ Sikap Fermos langsung berubah, seolah terbersit pikiran baru.

[Fermos] "Kita harus menemukan cara untuk mengubah perjanjian agar kita bisa mengadakan persidangan.ā€

Itulah ide yang telah lama ada di benak Liene. Namun, tak peduli seberapa banyak ia memikirkannya, ia tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya.

[Liene] "Satu-satunya pengecualian dalam perjanjian itu adalah Kuil.ā€

[Fermos] "Kuil?"

[Liene] "Ya. Kuil mampu untuk membatalkan semua putusan persidangan dengan menyampaikan firman Tuhan kepada rakyat.ā€

[Fermos] "Ah, saya mengerti.ā€

[Liene] "Namun, di situlah masalahnya. Bagian dari Perjanjian Risebury menetapkan bahwa ketua dewan aristokrat memiliki kekuatan untuk menunjuk Kardinal berikutnya. Sejak saat itu, Kardinal hidup dalam kendali keluarga Kleinfelter.ā€

[Fermos] "Oh.ā€ Seberkas cahaya terpantul dari monokelnya. "Bukankah kursi Kardinal saat ini kosong? Apakah penggantinya sudah diputuskan?"

[Liene] "Belum," Liene menjawab, bayangan gelap menyelimuti matanya yang tenang. "Dia punya alasan kenapa sampai membunuh Kardinal. Lyndon Kleinfelter berusaha menunda pernikahan dengan cara itu."

[Fermos] "Hm... Jadi dia bertanggung jawab atas pembunuhan Kardinal?"

[Liene] "Kemungkinan besar.ā€

[Fermos] "Ha! Seolah negara ini punya raja kedua yang menganggap dirinya tiran.ā€

Wajah Liene berkerut, seperti memakan sesuatu yang pahit. Perjanjian yang ditandatangani raja sebelumnya telah berubah menjadi cacing karnivora, yang sedikit demi sedikit menggerogoti keluarga kerajaan. Perjanjian itu menggerogoti kerajaan kecil mereka, dengan cepat dan diam-diam menghabiskan seluruh nilai keluarga kerajaan. Dan yang bisa Liene lakukan seiring berjalannya hari hanyalah menyaksikannya terjadi, jelas di depan matanya.

Itulah kelemahan terbesarnya. Rasa malu dan penderitaan mencengkeramnya saat semuanya terungkap di hadapan Black.

"Kalau begitu mari kita bereskan akar masalahnya dulu, baru adakan persidangan," Black kembali menyela. "Temukan pelakunya dan minta dia bersaksi atas apa yang ketua dewan perintahkan. Kecuali para pendeta itu bodoh, mereka akan mengerti jalan mana yang akan membuat mereka hidup lebih lama."

Fermos mengerang. "Yah... Penyelidikan memakan waktu lebih lama dari yang saya kira, jadi tidak banyak kemajuan dicapai. Para pendeta dan pelayan semuanya mengenakan pakaian yang sama dan rutinitas harian mereka agak tidak jelas sehingga sulit ditelusuri... Kami butuh lebih banyak waktu."

[Black] "Berapa lama lagi?"

Saat kata-kata Black meluncur dari bibirnya, Fermos mundur, matanya bergetar.

[Fermos] "Itu..."

[Black] "Yah?"

[Fermos] "Saya tidak yakin... Tapi saya akan menemukannya bagaimanapun caranya, Tuanku. Sebenarnya, saya menemukan satu petunjuk yang patut diselidiki, tapi saya menundanya karena saya tidak yakin cara terbaik untuk melakukannya. Tapi jika Putri mengizinkan saya, saya akan melakukannya sekarang.ā€

[Liene] "Apa yang kau butuhkan?"

Sebelum Fermos sempat benar-benar bertanya, Liene sudah siap dan bersedia. Ia mungkin tidak menyadarinya, tetapi suaranya bergetar dan penuh antisipasi.

[Black] "Putri.ā€

[Liene] "Ya?"

Ketika Liene menoleh ke arahnya, Black mengangkat pergelangan tangannya.

[Black] "Kau akan terluka lagi."

[Liene] "....?"

Tanpa sadar, Liene mencengkeram tinjunya begitu erat hingga bisa meninggalkan bekas. Black mengambil tinju terkepalnya ke telapak tangan, menggunakan tangan yang lain untuk melonggarkan jari-jarinya satu per satu.

[Black] "Kecuali luka yang disebabkan olehku, aku tidak ingin melihat luka lain di tubuhmu."

Mendengar ucapannya, bibir Fermos sedikit terbuka karena terkejut tanpa suara, tetapi Liene juga terkejut, meskipun dengan alasan yang berbeda.

[Liene] "Apa kau berencana menyakitiku?"

Setiap kekasih akan meninggalkan banyak jejak di tubuh pasangannya. Dari nada bicaranya, Black sebetulnya lebih mengacu pada pelukan erat yang mendalam, bukan luka sungguhan. Tapi, jika melihat wajah Liene, sudah pasti ia gagal menangkap maksudnya. Bahkan Fermos, yang tak punya ketertarikan sedikit pun pada hubungan asmara, mampu memahami apa yang tidak dipahami Liene.

[Black] "Kau tidak mengerti apa yang kukatakan?"

[Liene] "Aku tidak yakin. Akal sehatku mengatakan kau sedang bercanda, tetapi kau tidak terlihat seperti sedang bercanda, Lord Tiwakan.ā€

[Black] "…Aku harus lebih berhati-hati," Black menghela napas singkat. "Aku tidak bermaksud begitu. Aku tidak akan menyakitimu."

[Liene] "Aku tahu. Kau sangat peduli padaku. Aku tidak akan salah paham seperti itu.ā€

Mendengarkan percakapan mereka, Fermos tidak sanggup menatap wajah Black, jadi ia dengan hormat memalingkan wajahnya ke samping.

[Liene] "Baiklah kalau begitu. Beri tahu aku apa yang kau butuhkan.ā€

Fermos mengangguk penuh semangat, masih menghindari tatapan Black.

[Fermos] "Petunjuknya adalah noda darah. Jumlahnya begitu banyak menandakan lukanya pasti sangat parah."

[Liene] "Darah?"

[Fermos] "Ya, tapi ketika saya memeriksa tubuh Kardinal, tidak ada luka yang bisa mengeluarkan darah sebanyak itu.ā€

[Liene] "Hm....."

[Fermos] "Jika bukan darahnya, berarti darah itu berasal dari pelaku, jadi seharusnya ada luka di tubuh mereka. Dan dari petunjuk yang ada, siapa pun pelakunya, mereka pasti orang Kuil.ā€

[Liene] "Begitu rupanya…"

[Fermos] "Jadi jika Anda mengizinkan, saya akan meminta semua pendeta untuk menanggalkan pakaian mereka untuk pemeriksaan. Jika ada di antara mereka yang memiliki luka yang belum sembuh, kemungkinan besar mereka adalah pelakunya. Itu satu-satunya petunjuk yang kita miliki saat ini.ā€

[Liene] "Kau perlu meminta setiap pendeta menanggalkan pakaian dan memeriksa mereka satu per satu. Itu tidak akan mudah.ā€

[Fermos] "Ya. Dan saya tidak yakin apakah mereka akan mau bekerja sama.ā€

Kemudian, Black melontarkan sebuah ide. "Paksa saja mereka."

[Fermos] "Memang, kita bisa saja menggunakan paksaan atau intimidasi. Namun, ini adalah Kuil. Jika kita menerobos masuk seperti itu, situasi bisa menjadi kacau. Jadi, saya pikir akan lebih bijak jika saya meminta persetujuan Anda terlebih dahulu, Putri. Apakah Anda mengizinkannya?ā€

[Liene] ā€œJika demi menemukan pembunuh Kardinal, maka kita harus melakukan segalanya, meski terasa tak nyaman sekalipun... Walau begitu..." Sebuah pikiran melintas di benaknya.

Bayangan darah yang merembes di bawah jubah tebal seseorang muncul di benaknya. Seorang hamba Tuhan, yang duduk diam meskipun seseorang memukulinya—berdoa untuk penebusan. Seorang pelayan bernama Klimah.

[Liene] "Aku bertemu seseorang yang berdarah tempo hari."

[Fermos] "Apa?!"

Fermos tak bisa lebih senang lagi. Meminta semua pendeta menanggalkan pakaian memang bisa dilakukan, tetapi jauh lebih baik menemukan jalan lain untuk menyederhanakan masalah.

[Fermos] "Siapa dia?"


Postingan Terkait

Lihat Semua

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Donasi Pembelian Novel Raw untuk Diterjemahkan

Terima kasih banyak atas dukungannya 

bottom of page