A Barbaric Proposal Chapter 35
- 25 Mei
- 8 menit membaca
Diperbarui: 25 Agu
~Percikan Rasa (4)~
Bibir mereka kembali menyatu.
Kali ini, ciuman mereka lebih terburu-buru dan tak sabar, begitu intens dan kuat tapi tidak kasar.
Saat Liene merasakan Black menusuk bibirnya dalam-dalam, semua akal sehatnya lenyap, digantikan oleh sensasi basah yang memabukkan.
Ciuman yang dahsyat meninggalkan kekacauan membara di benaknya. Seolah semua pikiran telah terhapus sepenuhnya, menyisakan hanya indra yang telanjang.
Perasaan tangannya yang merayapi punggungnya, tubuhnya yang ditekan ke tubuh Black, atau aroma akrab ciuman mereka yang takkan pernah Liene lupakan. Bahkan bagaimana rasa Black melekat di mulutnyaārasanya tak ada hal lain yang lebih nyata.
[Liene] "...?"
Namun, ciuman hiruk-pikuk mereka tiba-tiba berhenti.
Saat Liene perlahan membuka matanya dalam keadaan linglung, Black berbisik lembut padanya, wajah Black masih basah dan berkilau.
[Black] "Ada seseorang di sini.ā
[Liene] "Apa?"
Black benar.
Tok, tok.
[Ny. Flambard]Ā "Putri, apakah Anda sudah bangun?" Itu suara Nyonya Flambard.
[Liene] "Oh... Oh tidak."
Liene merasakan pipinya terbakar. Ia panik, menekan telapak tangannya ke dada Black dan mendorong dirinya bangun.
[Liene] "Apa yang harus kita lakukan?"
Saat ekspresi panas di wajah Black mulai mereda, ia menatap Liene sejenak sebelum mengangguk.
[Black] "Haruskah aku bersembunyi?ā
[Liene] "...Apa?"
[Black] "Tidak ada cukup ruang di bawah ranjang... tapi seharusnya ada cukup ruang di bingkai jendela."
[Liene] "... "
Mendengar ucapannya, Liene merasakan kenangan tak menyenangkan terlintas di benaknya.
Belum lama ini, ia terpaksa menyembunyikan Laffit di bingkai jendela kamar yang sama. Laffit berada di tempat yang seharusnya tidak ia datangi, dan Liene, yang tak punya pilihan selain menyembunyikannya.
Ā Liene merasakan rasa malu yang mendalam atas kejadian tersebut, membuatnya merasa seperti orang kotor, berusaha menutupi kesalahan yang telah dilakukan.
[Black] "Ulur waktu sampai aku bisa bersembunyi.ā
Black bergerak untuk turun dari ranjang.
Liene tidak yakin apakah Black sengaja membicarakan bingkai jendela seperti itu untuk mengingatkannya akan apa yang terjadi sebelumnya, namun setidaknya satu hal yang pasti. Demi menjaga kehormatan Liene, Black rela bersembunyi di luar jendela.
[Liene] "Tidak, kau tidak perlu bersembunyi."
Berbagi ranjang dengan Black bukanlah hal yang memalukan. Black adalah satu-satunya tunangannya. Tidak ada alasan untuk memperlakukannya seperti ia memperlakukan Laffit. Bahkan, akan lebih memalukan dan tak terhormat jika ia mencoba menyembunyikannya.
[Liene] "Kita sudah bertunangan. Tidak pantas memaksa tunanganku bersembunyi dari pandangan pelayan. Selain melanggar etiket, tapi juga salah.ā
[Black] "Orang-orang akan salah paham. Tidak ada yang akan percaya tidak terjadi apa-apa setelah aku menghabiskan malam di sini."
[Liene] "Aku tidak keberatan. Kita akan menikah secara resmi dalam beberapa hari, jadi tidak masalah."
[Black] "... "
Ia Menatap Liene, kerutan terbentuk di antara mata Black.
Namun, ia tidak menunjukkan wajah tak senang, pun tidak berusaha untuk tidak setuju dengan Liene.
[Liene] "...Ah."
Tiba-tiba, Black menarik Liene ke dalam pelukannya, mendekapnya erat sambil menyatukan bibirnya dengan bibir Liene. Liene tak bisa berkata apa-apa saat ciuman yang lebih intens dari sebelumnya menusuknya dalam-dalam.
Tok... tok.
[Ny. Flambard]Ā "Putri? Apakah Anda ada di dalam?ā
Nyonya Flambard tidak tahu apa yang sedang terjadi sehingga ia hanya bisa mondar-mandir di luar, khawatir mengapa Liene tidak membuka pintu.
Sementara itu, ciuman Black tak sedikit pun melambat, hanya semakin memperkuat kehangatannya.
[Ny. Flambard]Ā "Putri?"
Sebelum wanita yang ragu-ragu itu membuka pintu, ciuman penuh gairah harus berhenti.
[Liene] "Ah... Apa yang merasukimu...?"
[Black] "Aku hanya tiba-tiba ingin..."
[Liene] "Tiba-tiba?"
[Black] "Aku merasa kau terlihat sangat menawan."
[Liene] "...Apa?"
Liene tidak menyangka akan mendengar pujian darinya. Liene tertegun, mulutnya sedikit ternganga saat Black menunduk dan mengecupnya lagi dengan lembut.
Ciumannya lembut, ringan bagai bulu, yang meninggalkan suara manis di belakangnya.
[Black] "Bukankah kau harus membuka pintu?"
[Liene] "Oh, kau benar..."
Namun Liene sudah menghabiskan terlalu banyak waktu.
[Ny. Flambard]Ā "Maafkan kekurangajaran saya, Putri, tapi saya harus melihat apakah Anda ada di dalam. Saya rasa saya mendengar suara-suara, tapi mengapa Anda tidak menjawab...?"
Gedebuk.
Pintu kamar tidur terbuka.
[Ny. Flambard]Ā "Putri...? Putri!"
Saat ia memasuki ruangan sambil memegang kenop pintu, ekspresinya menjadi sedingin batu dan kulitnya berubah pucat.
[Ny. Flambard]Ā "Ya Tuhan... Bagaimana... bagaimana bisa...?"
[Liene] "Se...selamat pagi, Nyonya Flambard.ā
Tidak seperti sebelumnya, Liene tidak merasa malu, namun ia tetap merasa sangat canggung.
Liene melepaskan diri dari genggaman Black, berpura-pura kehadiran Black di kamarnya tidaklah aneh saat ia menyeka sudut mulut dengan jarinya.
[Liene] "Nyonya tidak perlu terkejut. Lord Tiwakan tidur di kamarku semalam, jadi mohon perlakukan tunanganku sama seperti Nyonya memperlakukanku."
[Ny. Flambard]Ā "Y, ya tapi... tapi sampai sejauh itu... begitu tiba-tiba..."
[Liene] "Nyonya.ā
Nyonya Flambard dengan cepat menutup mulutnya karena terkejut saat ia menyadari suara Liene sedikit mengeras. Liene melakukan segala yang ia bisa untuk membuat wajahnya terlihat seserius mungkin, namun tidak berhasil dengan baik karena wajahnya semerah apel.
[Ny. Flambard]Ā "Baiklah, kalau begitu... Saya akan... um... saya akan menyiapkan air untuk Anda membersihkan diri.ā
[Liene] "Ya, tolong lakukan.ā
[Ny. Flambard]Ā "Ya, Putri. Saya akan... tentu saja melakukannya.ā
Setelah itu, ia dengan cepat permisi menuju kamar mandi dengan wajahnya yang masih terlihat sedikit pucat.
Liene menghela napas beratānapas terberat yang pernah ia lakukan seumur hidupnya.
[Liene] "Kalau begitu... Aku juga akan mempersilakanmu bersiap-siap untuk hari ini, Lord Tiwakan.ā
Ungkapan sopannya, namun artinya sama saja dengan 'silakan pergi'.
[Black] "Aku tidak mau.ā
[Liene] "...Apa?"
Liene pasti terlihat sangat serius karena Black memberikan senyum singkat.
[Black] "Tapi aku akan pergi.ā
[Liene] "Tolonglah."
Meskipun hanya sesaat, kenangan akan wajah Black yang tersenyum meninggalkan kesan mendalam padanya.
Tolong jangan tersenyum padaku seperti itu.
Jika kau melakukannya, aku hanya akan ingin mempertahankan pagi ini....
...Oh, apa yang kupikirkan? Ada apa denganku?
[Black] "Putri.ā
Saat keduanya bergerak untuk turun dari ranjang, Black tiba-tiba memanggil Liene.
[Liene] "Ya?" Liene menoleh ke arahnya.
Black menarik Liene ke dalam pelukannya dan kembali menyentuh bibirnya dengan bibir Liene. Saat ia menciumnya, Liene merasakan bibir Black perlahan naik, menaburkan lebih banyak ciuman di sepanjang pipinya, naik ke sepanjang hidungnya dan dahinya.

[Black] "Bisakah aku sarapan bersamamu?"
[Liene] "Jika kau mau, tapi mengapa kau terus menciumku...? Kita harus bergegas."
[Black] "Jangan lupakanā
Black melirik bibir Liene sekali lagi sebelum akhirnya melepaskannya.
[Black] "Sampai jumpa sebentar lagi."
[Liene] "... "
Liene duduk di sana, memperhatikannya saat Black meninggalkan kamar tidur.
Hatinya terasa seperti danau, dengan gelombang aneh dan misterius yang bergema di dalamnya.
Apa maksudmu dengan 'jangan lupakan'...?
Liene ingin menanyakan hal itu pada Black. Jika ia tidak mendengar jawabannya langsung, ia hanya akan teringat sensasi bibirnya yang dengan tekun membubuhkan tanda di seluruh tubuhnya.
[Ny. Flambard]Ā "Putri.ā
Setelah pergi ke kamar mandi, Nyonya Flambard tampak jauh lebih tenang sekarang.
[Ny. Flambard]Ā "Berdirilah di sini. Saya akan menyiapkan lengan baju Anda.ā
[Liene] "Terima kasih, Nyonya. Saya bisa membersihkan diri sendiri.ā
Saat Liene membasuh wajahnya, Nyonya Flambard membantu dengan menggulung ujung lengan bajunya agar tidak basah.
Namun, selagi Liene sibuk membungkuk di depan baskom air, Nyonya Flambard merasa belum bisa pergi.
[Ny. Flambard]Ā "Maafkan kekurangajaran saya, Putri, tapi saya harus bertanya. Apakah Anda benar-benar menghabiskan malam dengannya?ā
[Liene] "Hmm... dari cara Nyonya berpikir..."
[Ny. Flambard]Ā "Anda tidak melakukannya, kan?ā
[Liene] "...Tidak.ā
Sejujurnya, ia punya firasat Nyonya Flambard akan mengetahui kebenarannya. Wanita itu cerdas, dan menganggap mengetahui Liene lebih baik dari yang dirinya sendiri, sebagai bagian dari pekerjaannya.
[Ny. Flambard]Ā "Tidak peduli seberapa banyak saya memikirkannya, tidak masuk akal jika Anda tidur bersamanya. Anda tentu bukan tipe yang melakukan hal seperti itu secara impulsif, Putri. Dan setelah apa yang terjadi kemarin... dengan Lord Kleinfelter, bukankah Lord Tiwakan marah kepada Anda karena salah memahami situasinya?ā
[Liene] "Dia memang marah.ā
[Ny. Flambard]Ā "Dalam keadaan seperti ini, bagaimana mungkin Anda menghabiskan malam bersama? Terutama dengan pria yang mampu melakukan entah apa saat ia marah?"
[Liene] "... "
Liene menunjukkan ekspresi gelisah.
Black memang tidak normal, itu jelas. Bahkan sekarang, Liene bisa mendengar suara Black yang gelap, memberitahunya apa yang ia inginkan sebagai bayaran atas apa yang telah Liene lakukan. Memikirkannya masih membuat hatinya perih.
Namun, Black tidak melakukan apa pun padanya.
Black bukan pria seperti itu.
[Liene] "Nyonya, tolong jangan mengatakan hal buruk mengenai Lord Tiwakan..."
Nyonya Flambard sepertinya tidak mendengar kata-kata Liene, karena ia hanya menganggukkan kepala, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
[Ny. Flambard]Ā "Atau setidaknya itulah yang saya pikirkan semula. Sungguh hal yang aneh. Kesalahpahaman besar terjadi, namun di mata saya, Putri dan Lord Tiwakan tampak semanis sepasang burung yang baru saja menemukan pasangan. Bagaimana bisa terjadi?"
[Liene] "... "
[Ny. Flambard]Ā "Putri?" Nyonya Flambard menuntut jawaban atas keraguan Liene.
[Liene] "Itu..."
Itulah yang ingin kutahu. Bagaimana ini bisa terjadi, lagi?
Black masuk ke kamarnya, tiba-tiba menawarkan untuk mengoleskan obat padanyaāmengatakan bahwa ia tidak akan menerima penolakan karena itulah yang juga Liene lakukan kepadanya.
Dan kemudian ia mengatakan akan menciumnya.
Memejamkan mata, Liene dengan mudah mengingat sensasi Black yang dengan lembut menekan bibirnya ke bagian belakang lehernya.
[Ny. Flambard]Ā "Putri?"
[Liene] "Ah, aku hanya memikirkan apa yang baru saja terjadi.ā
Setelah itu, ia mengatakan akan tidur di kamar Liene. Liene menemukan selimut tambahan untuknya, dan kemudian...
...Kemudian ia menemukan bintik-bintik di bawah telingaku pagi ini. Lalu menciumku setelah mengatakan aku tidak mengerti bagaimana penampilanku di matanya... lalu ia memberitahuku kalau ia pikir aku menawan.
[Ny. Flambard]Ā "Jadi saya tidak salah lihat? Apakah Anda telah menyerahkan hati kepadanya?"
[Liene] "Aku tidak tahu tentang itu..."
Semuanya terjadi begitu cepat, mengalir seperti hujan deras yang berubah menjadi sungai.
Jelas sekali Liene belum berhasil meluruskan kesalahpahaman dengan Black. Tidak peduli apa yang ia katakan, Black sepertinya tidak memercayainya.
Yang bisa Liene lakukan hanyalah terus bersikeras itu hanya kesalahpahaman. Tidak banyak yang bisa ia lakukan. Dan memang benar bahwa Liene sendiri juga tidak bisa memercayai Black, itulah sebabnya ia sampai berbohong berkali-kali.
Namun, tidak ada permusuhan di antara mereka.
Matanya yang mencari hal yang perlu diperhatikan pada diri Liene, terasa ramah, dan tangannya yang membuat tubuhnya bergetar, terasa lembut.
Namun, mengingat situasi dan segala yang terjadi, Liene masih tidak bisa memahami mengapa semuanya terasa begitu menenangkan.
[Ny. Flambard]Ā "Anda tidak tahu?ā
[Liene] "Ya... aku tidak tahu.ā
Menatap Liene sejenak, Nyonya Flambard menghela napas.
[Ny. Flambard]Ā "Saya mendengar sesuatu... dan saya percaya kebenarannya..."
[Liene] "Apa itu.ā
[Ny. Flambard]Ā "Hubungan antara pria dan wanita. Terkadang terjadi begitu saja dan kita tidak bisa memastikan mengapa.ā
[Liene] "Itu... Aku rasa, apa yang terjadi padaku mungkin sedikit berbeda dari maksud Nyonya..."
Nyonya Flambard menggelengkan kepalanya, seolah mencoba melihat di mana letak perbedaannya.
[Ny. Flambard]Ā "Saya mungkin tidak tahu banyak, Putri, tapi tolong dengarkan saya. Mengenai masalah mengandung anak... Saya rasa yang terbaik adalah jujur dan mengatakan kepadanya bahwa itu tidak benar. Meskipun saya tidak bisa melihat pengaruh politiknya, saya mengatakan ini sebagai seseorang yang tahu beberapa hal yang terjadi antara pria dan wanita.ā
[Liene] "... "
Liene tahu Nyonya Flambard mengatakan itu demi dirinya.
Namun, ia tidak bisa melakukannya. Setidaknya, belum.
[Liene] "Aku tidak bisa."
[Ny. Flambard]Ā "Kebohongan semacam itu tidak akan ada gunanya setelah Anda menikah, Putri.ā
[Liene] "Tentu saja aku tahu itu. Aku sangat ingin mengatakan 'tidak hamil' secara langsung padanya dengan suaraku sendiri."
Liene juga ingin mengatakan bahwa tidak ada pria yang belum dilupakan.
Semua ini hanya kesalahpahaman. Aku tidak pernah memikirkan Laffit bahkan setengah dari aku memikirkanmu.
[Liene] "...Namun sebelum akuĀ bisa melakukannya, ada sesuatu yang perlu kuketahui. Sesuatu yang tidak bisa kuabaikan."
[Ny. Flambard]Ā "Apa gerangan itu?"
Mungkin sudah waktunya untuk jujur pada Nyonya Flambard.
[Liene] "Aku mendengar dari banyak orang... bahwa ada alasan lain mengapa Lord Tiwakan melamarku. Bahwa pernikahan tidak pernah menjadi tujuan utama dari apa yang ia cari... Dan bahwa tujuan sejatinya jauh lebih mengerikan.ā
[Ny. Flambard]Ā "Apa? Tidak, siapa yang memberitahu Anda? Apakah Anda yakin itu benar?ā
[Liene] "Aku tidak tahu apakah benar atau tidak, tapi aku tidak bisa pura-pura tidak tahu dan mengabaikannya begitu saja. Jika ternyata benar, tidak ada jalan kembali."
[Ny. Flambard]Ā "Yah, ya, Anda benar."
[Liene] "Lord Weroz pergi untuk menyelidiki klaim-klaim ini, tapi aku tidak tahu apakah ia akan berhasil kembali sebelum pernikahan terjadi.ā.
[Ny. Flambard]Ā "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita menundanya?"
[Liene] "Aku tidak tahu."
Liene memegang tangan Nyonya Flambard. Kini saatnya meminta sesuatu yang lebih berbahaya.
[Liene] "Tapi kurasa, aku tahu seseorang selain Lord Weroz yang bisa membantu.ā
[Ny. Flambard]Ā "Siapa?"
[Liene] "Bisakah Anda bertemu dengannya?ā
Liene tidak bisa bergerak bebas untuk sementara waktu. Ia tidak yakin apa yang akan dilakukan keluarga Kleinfelter setelah Laffit ditahan, dan Black masih belum memercayainya. Liene hanya akan menimbulkan lebih banyak kecurigaan jika ia mencoba bertemu dengan seseorang sekarang.
Dan ini menyangkut rahasia yang lebih berbahaya daripada kesalahpahaman sederhana tentang hubungannya dengan Laffit.
[Ny. Flambard]Ā "Saya akan melakukannya, Putri.ā
Setelah menjadi pengasuh Liene, Nyonya Flambard hampir tidak pernah meninggalkan kastil, kecuali beberapa kali. Namun, ia menganggukkan kepala dengan bibir terkatup rapat.
[Ny. Flambard]Ā "Siapa yang harus saya temui?"
Komentar