;
top of page

Bastian Chapter 92

  • 8 Sep
  • 5 menit membaca

※Andai Aku Bisa Hidup di Musim Itu Lagi※

Kereta ekspres menuju Lausanne tiba di tujuan akhirnya dan Franz membimbing tunangannya turun dari kereta. Peron stasiun dipenuhi oleh para penonton yang ingin melihat sekilas para perwira angkatan laut. Tentu saja, Bastian Klauswitz berjemur dalam pujian emas.

"Minggir, menyingkirlah," teriak para petugas, tetapi meskipun upaya terpadu untuk membersihkan jalan, para penonton tetap teguh dan para penumpang kereta harus mendorong jalan mereka.

"Dia hanya seorang perwira, bukan pangeran terkutuk," gerutu Ella, tidak dapat mengalihkan pandangannya dari pintu masuk. Franz menunggu Bastian dengan senyum santai yang selalu ada, ia benar-benar menantikan untuk menyambutnya. Ia senang dengan gagasan menyaksikan kebanggaan Bastian secara langsung.

Sementara ia khawatir akan keselamatan Odette, Franz menyadari perlunya pengorbanan untuk membebaskannya dari kehidupan yang tidak lebih baik dari penjara. Mengungkap sifat asli Bastian kepada dunia, akan secara signifikan mempermudah proses perceraian.

"Oh lihat, dia, dia turun sekarang." Para penonton berdengung dengan kegembiraan, melihat Bastian.

Franz menelan ludah dengan gugup dan mencoba menjulurkan lehernya melewati kerumunan. Kapten Klauswitz muncul dengan istrinya yang cantik. Mereka berseri-seri dalam kerumunan dengan senyum terbesar dan menyapa para penonton dengan antusiasme. Ketika Bastian melepas topinya dan membungkuk, sorak-sorai meledak dan mencapai puncaknya. Odette menatap suaminya dengan kasih sayang dan kebanggaan.

"Tolong, lihat ke sini," teriak para wartawan, mengacungkan kamera mereka seperti senjata.

Bastian menuruti dan berbalik ke pers, berpose untuk mereka. Senyumnya menawan dan cara ia memeluk istrinya menunjukkan rasa posesif yang mencolok.

Franz menatap ibunya, bingung. Bahkan Theodora bisa menyembunyikan rasa tidak nyamannya saat pasangan itu bersandar satu sama lain untuk berciuman.

Bagaimana bisa ini terjadi? Apakah ia memilih untuk tidak menyalahkan Odette karena mengkhianatinya?

Franz memaksakan gumpalan di tenggorokannya, kilatan kamera yang berkedip-kedip di benaknya. Dalam kilatan cahaya yang brilian, Odette tersenyum, mewujudkan citra istri sempurna dan hidup mereka yang bahagia selamanya.

Pangeran Nikolai memutuskan untuk mengambil tindakan tegas, mengakhiri keraguan yang telah mengganggu dirinya selama berbulan-bulan. Dengan desahan keputusasaan, ia memastikan tidak ada lagi keraguan.

"Pihak Putri Isabelle juga sudah mempertegas. Rombongannya memberi tahu saya bahwa hatinya sudah mantap dan ia rajin menghadiri kelas calon pengantin," kata petugas.

Pangeran Nikolai mengangguk setuju saat ia menyaksikan delegasi Belov maju di sepanjang jalan utama menuju pelabuhan angkatan laut, di mana utusan Kaisar sedang menunggu.

Jalanan dihiasi bendera angkatan laut kedua negara, berkibar-kibar dalam angin sepoi-sepoi. Serbuk sari melayang di udara, seperti tetesan emas kecil memberkati kemajuan. Marching bandĀ militer memainkan lagu-lagu mereka dan kerumunan bersorak. Parade telah melampaui semua harapan, menjadi tontonan yang megah.

Niat Kaisar BergĀ  sudah jelas, saat ia memposisikan nama Belov tepat di samping peringatan kemenangan negara. Itu siasat jelas untuk menjalin aliansi militer antara kedua negara, mungkin juga berfungsi sebagai permintaan maaf atas kesalahan putrinya.

Pangeran Nikolai tersenyum pada selembar kertas di tangannya. Kertas berisi ringkasan sejarah Kapten Klauswitz dan istrinya, dari pertemuan awal hingga pernikahan mereka.

Sungguh kacau, mencurigai perselingkuhan calon istrinya dan mencampuri urusan orang lain. Ini mungkin memalukan, tetapi memang diperlukan untuk persiapan pernikahan antar negara. Keluarga Kekaisaran Berg telah melakukan yang terbaik untuk menutupi skandal Putri yang tidak bisa diatur, tetapi masih ada banyak aspek yang tidak jelas.

Isabelle mengklaim cintanya pada Bastian adalah cinta yang dipelihara sejak masa kanak-kanak. Bahkan sebelum perjanjian pernikahan. Ia tidak bisa menekan perasaannya dan ia juga tidak bisa melepaskan diri darinya. Gairah Isabelle pada Bastian melampaui semua batasan kegilaan. Yang bisa Pangeran Nikolai lakukan hanyalah merenungkan bahwa dibutakan oleh cinta memang mengalir di keluarga Berg.

Yang membuatnya lebih buruk adalah ketidakpedulian yang ditunjukkan Bastian pada Isabelle. Itu menyakitkan Nikolai untuk menyaksikan perlakuan dingin dari cucu seorang pedagang barang bekas, tetapi hati Isabelle tetap tidak terbalas. Dan juga membuat pernikahan Bastian dengan putri bangsawan yang tersingkir menhadi sangat mencurigakan.

Ia punya prasangka yang semakin kuat setelah bertemu dengan istri Bastian, Odette, saat diperkenalkan di upacara promosi.

Nikolai pernah melihat wanita-wanita yang tak tertandingi kecantikannya, tapi ketika ia menatap Odette, napasnya seolah berhenti. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya, tidak peduli seberapa keras mencoba. Seandainya saja wanita itu adalah putri Kaisar, ia pasti akan menikahinya tanpa pikir panjang. Namun, Odette dipersembahkan begitu saja, seperti harta rampasan perang.

Sebuah laporan singkat berjudul, "Pria yang Menikah pada Pandangan Pertama, Sangat Mencintai Istrinya," menampilkan foto Odette yang berseri-seri bahagia dan suaminya yang menatap penuh kasih. Foto dari surat kabar malam itu ditempel di halaman terakhir laporan, memicu gelombang kebencian di dada Nikolai. Kenangan itu membawanya kembali pada upacara promosi yang ia hadiri.

"Aku ingin laporan ini dibuang," kata Pangeran Nikolai, menyerahkan dokumen tak berguna itu kepada ajudannya.

Meski masa lalu Isabelle adalah sumber rasa malu, Nikolai yakin itu bukan masalah yang bisa membatalkan pernikahan antar negara. Meskipun Isabelle masih kekanak-kanakan, ia tidak lagi terikat pada suami sepupunya.

Karena masalah sudah terselesaikan, pernikahan akan berjalan sesuai rencana. Pangeran Nikolai keluar dari mobilnya, merasa sedikit lebih lega. Sorak-sorai dari kerumunan menambah semarak suasana festival.

Pangeran berjalan untuk meninjau kapal yang dikawal oleh pengawal kehormatan. Para tamu terhormat yang sudah tiba, serempak berdiri dan bertepuk tangan, menunjukkan rasa hormat kepada delegasi sekutu. Odette dapat dengan mudah dikenali dari cara duduknya yang kaku dan tegak.

Pangeran Nikolai meliriknya. Wajah Odette tampak lebih pucat dari semalam, membuatnya tampak terlihat sakit. Ia mengerutkan kening atas perubahan mendadak itu. Odette menatapnya dengan ekspresi bingung, yang dengan cepat ia tutupi dengan senyum hangat. Matanya tetap bersinar cerah seperti biasanya.

Ia menyapa Odette sebelum melewatinya.

Istri Bastian Klauswitz memang sangat cantik hari ini, dan kecantikannya menjadi satu-satunya kenangan yang terukir di benak Nikolai.

Bastian selesai bersiap untuk peninjauan, mengancingkan sarung tangannya sebelum meninggalkan kabin. Saat ia melangkah keluar, sinar matahari yang cerah sesaat menyilaukan matanya. Ia melihat pemandangan langit biru yang dihiasi awan kapas, lautan luas yang membentang hingga cakrawala, dan membiarkan angin segar menerpa wajahnya.

Upacara peninjauan angkatan laut adalah daya tarik utama festival. Hari ini, kapal perang kekaisaran akan berlayar dalam urutan tertentu untuk ditinjau. Bastian ditugaskan di kapal perang paling depan, posisi kehormatan yang menutupi rasa malu dari masa lalunya.

"Hei, Bastian," sebuah suara memanggilnya saat ia menuruni tangga logam. Ia mengenali suara itu, milik seorang perwira senior yang sering ia mintai nasihat. Perwira itu mendekat dengan penuh kekaguman, lalu berhenti dan menunggunya di bawah tangga menuju jembatan kapal.

Menyadari alasan sang perwira, Bastian dengan tenang meyakinkannya, "Kita bisa bicara dengan bebas saat tidak ada mata yang mengawasi."

"Tapi...," ia ragu sejenak, matanya melirik lencana pangkat Mayor Bastian, sebelum tersenyum ringan. "Baiklah kalau begitu, jika itu yang diinginkan Mayor, saya akan patuh. Terima kasih, Bastian."

"Sama-sama."

"Apakah rencanamu berjalan lancar? Apakah kau akan pergi bersama istrimu?"

"Saya telah menerima penugasan seperti yang direncanakan," jawab Bastian.

"Apakah berarti Anda akan berangkat sendiri?"

"Ya, itu adalah keputusan yang saya buat," kata Bastian, mengangguk dengan tenang. Percakapan mereka terhenti karena sekelompok perwira lain mendekati mereka.

Dengan membungkuk dangkal, Bastian melangkah melewati kelompok baru itu setelah mereka saling memberi hormat.

Bastian berjalan ke dek utama, di mana matahari siang terasa lebih panas dari biasanya. Ia bersandar di pagar, pikirannya melayang kembali ke saat ia keluar dari markas angkatan laut dan menemukan Odette duduk di dekat air mancur, menunggunya. Sejak hari itulah hubungan mereka memiliki arti yang lebih dalam daripada sekadar kontrak.

'Andai aku bisa hidup di musim itu lagi.'

Namun, semua pikiran itu hanyalah asumsi tak berarti dari masa lalu. Ia tahu berlama-lama pada kenangan itu akan sia-sia dan ia harus berkonsentrasi pada apa yang akan datang. Ia harus fokus pada masa kini.

Saat ia mengambil keputusan, suara kapten yang naik membawanya kembali pada kenyataan. Para perwira yang tadinya mengobrol ramai, mengambil tempat duduk. Bastian bergabung dengan mereka di barisan terdepan. Ini posisi yang telah ia perjuangkan dengan keras, bukan sesuatu yang ia dapatkan dari hak istimewa.

Ia berdiri di posisi yang ditugaskan, menghadap laut Lausanne, dengan pikiran jernih, tanpa gangguan. Meskipun ia telah menderita kerugian, keuntungan yang ia peroleh di sepanjang jalan membuat semuanya sepadan.

Saat kapten naik ke dek, peluit panjang menusuk keheningan, menandakan keberangkatan mereka. Bastian melihat ke arah cakrawala, mengangkat matanya dari bayangan topi perwira. Itu hari yang sempurna, menandai pelayaran mereka diberkati oleh dewa laut.

JANGAN DI-REPOST DI MANA PUN!!!


Postingan Terkait

Lihat Semua

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Donasi Pembelian Novel Raw untuk Diterjemahkan

Terima kasih banyak atas dukungannya 

bottom of page