;
top of page

A Barbaric Proposal Chapter 93

  • 8 Sep
  • 7 menit membaca

※Keracunan (2)※

[Pendeta] "Kardinal sudah dalam kondisi seperti ini selama beberapa hari."

Para pendeta berbicara dengan sopan.

Namun, kesan bahwa mereka terlampau sopan tidak bisa dihapus. Sejak 20 tahun yang lalu, kuil ini bersekutu dengan enam keluarga. Sebagian besar pendeta tingkat tinggi berasal dari enam keluarga, atau memiliki hubungan dekat dengan mereka. Jika bukan karena Manau merombak habis-habisan kuil ini, kesopanan yang berlebihan ini pasti memiliki alasan tersembunyi.

[Black] "Tepatnya sejak kapan?"

[Pendeta] "Sejak hari pernikahan."

[Black] "Hm."

[Black] "Aku tidak memercayai kebetulan."

Manau yang tampak sehat walafiat saat pernikahan, kini tiba-tiba tampak linglung dan terus meneteskan air liur. Pasti ada alasan yang bisa menjelaskannya.

[Black] "Apa nama penyakitnya?"

[Pendeta] "Kami tidak tahu. Penyakit juga adalah anugerah dari dewa, kami hanya bisa menerimanya."

Sebuah perkataan yang hanya akan ada dalam kitab suci. Seolah mereka sudah berlatih sebelumnya.

[Black] "Sepertinya dewa juga memberikan racun."

[Fermos] "Saya juga berpikir begitu."

Saat black menyela, kesan sopan yang dibuat-buat langsung buyar.

[Pendeta] "Apa yang Anda katakan! Racun, dari mana!"

[Fermos] "Obat yang bisa membuat orang sehat menjadi sakit seperti ini ada banyak jenisnya. Coba saya tebak... Saya yakin itu racun Kabino. Di musim ini, racun itu yang paling mudah didapat. Jika Kardinal dilepaskan pakaiannya, akan ada bintik-bintik ungu di sekitar jantungnya. Itu gejala keracunan Kabino."

Para pendeta tidak akan pernah menyangka bahwa Fermos memiliki pengetahuan luas tentang racun dan obat-obatan. Mereka belum pernah mendengar nama racun Kabino, dan mereka mengira tidak ada orang lain yang mengetahuinya.

[Black] "Lepaskan."

Ketika Black memberi perintah kepada para tentara bayaran, para pendeta melompat kaget.

[Pendeta] "A-Apa yang Anda lakukan! Berani-beraninya kepada seorang mulut dewa (Kardinal)!"

[Black] "Dan apa yang kalian lakukan dengan memasukkan racun ke mulutnya?"

[Pendeta] "I-Itu...!"

[Pendeta] "Tidak! Racun, omong kosong! Ini tuduhan yang mengada-ada!"

Sayangnya, bantahan mereka tidak berguna. Berbaring di ranjang, dengan mata yang keruh dan tangan yang gemetar sesekali, Manau sendiri adalah bukti adanya racun.

Para tentara bayaran dengan cepat menyingkirkan para pendeta dari sisi Manau. Kemudian, mereka membuka jubah pendeta yang dikenakannya. Sesuai dengan perkataan Fermos, di sekitar dadanya muncul bintik-bintik ungu seperti ruam.

[Fermos] "Satu, dua, tiga... delapan. Berarti racunnya diberikan kurang dari sehari yang lalu. Jika sudah tiga hari, bintik-bintik itu akan menyebar ke seluruh tubuh."

[Black] "Ternyata pernyataan 'sejak pernikahan' juga bohong."

[Fermos] "Ya. Kalau begitu... ini menarik."

Fermos mendorong kacamatanya.

[Fermos] "Tepat di hari ini, arwah dari keluarga Kleinfelter kembali hidup. Tak lama setelah itu, Kardinal diracuni dan menjadi seperti ini... Apakah ini kebetulan?"

Ā [Black] "Tidak."

Black mengangkat pedang yang masih terselubung sarung.

[Black] "Bisakah kau membuat penawarnya?"

[Fermos] "Bisa, asalkan ada bahan-bahannya. Kuil ini punya ladang herbal, jadi tidak akan sulit mendapatkan bahannya."

[Black] "Kalau begitu, buatlah. Sementara itu, aku akan 'membersihkan' kuil ini. Rupanya arwah itu bersembunyi di sini."

[Fermos] "Baik. Hei, satu orang ikut denganku, yang lain ikuti Tuan. Habisi mereka sebelum aku selesai membuat penawar. Aku tidak ingin berlama-lama di sini."

[Prajurit] "Siap, Wakil Komandan."

Para tentara bayaran Ā mengikuti Black dengan wajah malas, seolah tidak rela harus menyerang para pendeta. Agar tidak ada pertumpahan darah, mereka hanya menggunakan pedang yang masih bersarung. Meskipun tidak suka, tapi bukanlah hal yang sulit.

Mereka berpikir bahwa jika Manau dikembalikan ke posisinya, kuil akan perlahan berubah. Pemikiran itu ternyata meleset, tetapi bisa diselesaikan dengan sekali sentuhan.

Hanya saja, waktu terus berjalan. Mereka terikat di tempat ini, tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi di Kastil Nauk.

Langkah Liene terasa berat. Waktu sudah hampir tengah malam. Liene teringat pernah mengalami hal serupa, dan ia tersenyum kecil.

[Liene] "Waktu itu, aku sendirian menghentakkan kaki karena cemas, lalu pergi menemui Sir Fermos."

Itu hari saat Lafitte diusir. Meskipun perasaan bisa berubah seiring waktu, hari itu adalah hari paling menakutkan yang pernah ia alami.

[Liene] "Karena selama ini, aku tidak pernah punya seseorang seperti dirinya. Sesuatu yang begitu baik, yang terasa tidak nyata. Makanya, aku takut kalau perasaan ini akan menghilang dengan cepat."

Senyuman kecilnya berubah menjadi helaan napas pendek.

[Liene] "Aku tahu. Ini pemikiran yang tidak berguna. Tapi terkadang aku takut. Takut ketika membuka mata, aku akan kembali ke masa saat dia tak ada. Ke masa di mana kemarin, hari ini, dan besok terasa sama saja. Di mana tidak ada harapan, musim terasa menakutkan, dan kulit terasa sakit karena angin kering. Ke masa di mana aku hanya bisa memikirkan bagaimana caranya bertahan melewati hari."

Tiba-tiba bahunya menggigil, dan Liene menggosok lengannya.

[Klima] "Ini... ini..."

Entah bagaimana, Klima sudah ada di sana dengan membawa selimut.

[Liene] "Oh, terima kasih."

Ia tidak mencoba memakaikan selimut itu langsung, melainkan hanya berdiri diam sambil memegangnya. Liene mengambil selimut itu dari tangan Klima. Setelah menutupi bahunya, ia merasa lebih hangat.

[Liene] "Kau tidak bisa tidur? Sudah waktunya tidur."

[Klima] "Tidak. Saya baik-baik saja. Saya tidak akan tidur malam ini. Hingga Pangeran... eh, Tuan kembali."

Liene mengatakannya dengan nada bercanda.

[Klima] "Begitu? Baguslah. Saya juga tidak akan tidur."

[Liene] "Ya. Saya tahu."

Sebaliknya, Klima mengangguk dengan wajah sangat serius, membuat Liene sedikit merasa bersalah.

[Liene] "Aku ingin menyuruhmu tidur lebih dulu, tapi aku tidak bisa melakukannya. Entah kenapa, aku juga merasa tidak tenang."

[Klima] "T-Tidak apa-apa. Saya akan menjaga Anda dengan baik. Putri boleh tidur, tapi saya tidak."

[Liene] "Baiklah. Kalau begitu, bertahanlah sedikit lagi."

Liene kembali membuka buku catatan kerajaan yang sudah tidak bisa ia pahami. Ruang kerjanya terlalu dingin di malam hari, jadi ia pindah ke ruang duduk. Klima membawakan catatan tebal dan berat ke kamarnya.

[Liene] "Pengawasan dilakukan dengan benar, kan? Maksudku, orang-orang yang datang dari luar itu. Malam ini aneh sekali, banyak orang seperti tiba-tiba data ke kastil."

Hal seperti ini hampir tidak pernah terjadi di Nauk. Itulah mengapa malam ini terasa begitu janggal.

[Klima] "Kami terus menerus berpatroli mengelilingi kastil. Dua orang, dua kali. Jadi, jika ada sesuatu, kami akan s-segera tahu."

[Liene] "Aku merasa lebih tenang."

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal keamanan di dalam dan di luar kastil. Fermos mengatakan bahwa mereka sudah memasang pintu dan palang baru di semua pintu belakang yang ditemukan. Tidak ada lagi orang yang bisa menyusup masuk secara diam-diam.

[Liene] "Tapi mengapa aku terus merasa tidak tenang?"

Untuk menenangkan hatinya yang gelisah, Liene kembali memusatkan perhatiannya pada catatan kerajaan. Catatan kerajaan itu sangat tebal dan isinya bermacam-macam. Dan hal yang dicari Liene terlalu samar. Di samping catatan curah hujan, ia mencari apakah ada catatan tentang kekeringan atau air. Saat ia membolak-balik catatan secara acak, matanya menangkap sesuatu.

[Liene] "Ah...?"

Itu catatan kecil dari masa lalu, jauh sebelum dua puluh tahun lalu, tentang perbaikan sebuah cincin dari keluarga Gainers karena salah satu permatanya jatuh. Biasanya, Liene akan mengabaikan hal sekecil itu. Namun, matanya tidak bisa lepas dari gambar cincin yang detail di samping catatan tersebut.


Baca Novel A Barbaric Proposal Bahasa Indonesia Chapter 93: Keracunan (2). Baca Novel A Savage Proposal Bahasa Indonesia oleh Lee Yuna. Baca  Novel Terjemahan Korea. Baca Light Novel Korea. Baca Web Novel Korea

Cincin itu memiliki bentuk unik dengan beberapa permata yang diatur menyerupai simbol keluarga Gainers. Karena begitu banyak permata yang tertanam, terkadang satu atau dua permata jatuh tanpa alasan. Karena berulang kali terjadi, raja sangat marah dan memerintahkan untuk memperbaikinya.

Agar permata tidak mudah jatuh, mereka menatanya memanjang sesuai bentuk jari. Cincin itu akhirnya memiliki bentuk yang agak aneh, dan karenanya, ia mendapat julukan.

Karena bentuknya yang panjang dan bulat di ujung, mirip sebuah benda... Cincin itu dijuluki sebagaiĀ "Kunci".

[Liene] "Ini... rupanya. Cincin ini adalah..."

Tok. Tok. Pintu ke ruang duduknya diketuk saat itu.

[Dieren] "Putri."

Itu putra Grand Duke dari Grand Duchy Alito.

[Dieren] "Saya datang untuk meminta bantuan yang Anda izinkan."

[Prajurit] "Patroli selesai. Tidak ada hal yang aneh."

[Randall] "Oh, begitu? Lalu bagaimana dengan gerombolan itu?"

[Prajurit] "Piket malam yang menjaganya. Mereka curiga. Mereka bilang orang-orang itu hampir tidak minum alkohol dan tidak tidur."

[Randall] "Sial. Jadi aku juga tidak bisa tidur."

[Prajurit] "Apakah kita harus sedikit melonggarkan penjagaan? Kalau begitu, mereka akan bergerak dengan sendirinya, kan?"

[Randall] "Bernarkah?"

[Randall] "Jangan terlalu mendadak agar mereka tidak curiga. Lakukan perlahan, seolah-olah kalian akan kembali ke tempat masing-masing."

[Prajurit] "Jangan khawatir. Tentu saja saya bisa melakukannya."

Satu per satu, lampu yang menerangi barak penjaga padam dengan jeda. Satu lampu dibiarkan menyala, dan semua penjaga yang berpatroli menghilang seolah sudah menjadi jadwal mereka.

Dan beberapa saat kemudian, ketika suasana menjadi sunyi, orang-orang mencurigakan yang membawa Weroz keluar dari ruangan mereka dengan langkah-langkah pelan.

Di belakang mereka, para prajurit Tiwakan mengikuti dengan langkah tanpa suara.

[Liene] "Apa yang bisa saya bantu?"

Liene mencoba menenangkan rasa lelah yang datang dan menatap Dieren.

[Dieren] "Saya ingin Anda membuatkan surat jalan. Meskipun tidak ada surat jalan saat melintasi perbatasan Kerajaan Sharka sejak pernikahan saudari saya, saya ingin berjaga-jaga dari kesalahpahaman, karena sudah larut dan kami berangkat dari Nauk."

Permintaannya yang masuk akal.

[Liene] "Ah, begitu. Kalau begitu, tunggu sebentar? Saya harus pergi ke ruang kerja untuk mengambil pena dan kertas."

[Dieren] "Saya sudah menyiapkan sebelumnya, jika Anda merasa repot."

Dieren memberi isyarat, dan pelayan mendekat, meletakkan sebuah kotak yang dibawanya dengan sopan di kedua tangan. Ketika kotak yang dihiasi ukiran perak dibuka, di dalamnya terdapat kertas, pena, dan tinta.

[Liene] "Anda sangat siap. Tapi saya membubuhkan stempel."

[Dieren] "Saya rasa itu tidak perlu. Anda adalah penguasa Nauk saat ini, jadi tanda tangan saja sudah cukup."

[Liene] "Baiklah."

Pelayan itu membuka gulungan kertas dan meletakkannya di atas meja kecil tempat Liene biasa minum teh. Saat Liene mengambil pena, pelayan membuka tutup botol tinta dan memberikannya kepada Dieren. Dieren meletakkan botol tinta di samping tangan Liene yang memegang pena. Karena gugup, botol tinta itu bergetar seolah-olah akan tumpah.

[Dieren] "…Ups!"

Dieren hampir menumpahkan tinta ke punggung tangan Liene. Tapi ia tidak sempat melakukannya. Klima, yang diam berdiri di sudut ruangan, tiba-tiba mendekat dan menggenggam erat tangan Dieren yang memegang botol tinta.

[Dieren] "Apa yang...!"

Tinta meluap. Tinta yang meluap membasahi punggung tangan Dieren dan Klima.

[Pelayan] "...! Yang Mulia!"

Wajah pelayan menjadi pucat. Begitu juga dengan Dieren.

[Dieren] "Kurang ajar! Kenapa kau melakukan ini!"

Dieren berteriak sambil melepaskan genggaman tangan Klima. Meskipun tindakan Klima tidak sopan, reaksi Dieren jelas aneh. Ia menggenggam erat tangannya yang terkena tinta dengan tangan satunya. Klima memperhatikan tindakannya dengan saksama, lalu mengusap tinta di tangannya ke pakaiannya dan bergumam pelan.

[Klima] "Karena ada sesuatu di dalam tintanya."

[Dieren] "A-Apa... apa katamu?"

[Klima] "Jika itu saya, saya akan melakukannya. Dalam situasi seperti ini, itulah cara paling efektif."

JANGAN REPOST DI MANA PUN!!!


Postingan Terkait

Lihat Semua

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Donasi Pembelian Novel Raw untuk Diterjemahkan

Terima kasih banyak atas dukungannya 

bottom of page