A Barbaric Proposal Chapter 76
- 26 Agu
- 7 menit membaca
ā»Malam Sebelumnya (3)ā»
[Nyonya Flambard] "Gawat, Putri!"
Hari ini juga akan menjadi hari yang sangat sibuk. Liene bangun, mandi, berganti pakaian, sarapan bersama Black, dan mengantarnya pergi. Ia merasa sedih, bukan karena pekerjaan yang berat, tetapi karena ia harus mengurangi waktu bersamanya.
[Liene] "Ada apa, Nyonya?"
Setelah kembali ke dalam istana, Liene fokus pada pekerjaannya. Setelah Arland bergabung, penyusunan puluhan dokumen pengangkatan Black berjalan dengan baik. Di tengah suara pena yang bergesekan dengan perkamen, Nyonya Flambard tiba-tiba masuk dan mengumumkan masalah.
[Nyonya Flambard] "Penjahit mengirimkan kainnya, tapi... tidak, jangan begini. Anda harus melihat ini dengan mata kepala Anda sendiri!"
Wajahnya yang dipenuhi kepanikan terlihat menyedihkan. Liene memberi isyarat kepada Arland, meletakkan penanya, dan bangkit.
[Liene] "Baiklah. Ayo. Kita harus ke mana?"
[Nyonya Flambard] "Ke kamar saya."
Karena terburu-buru, Nyonya Flambard bahkan meraih tangan Liene dan mulai berlari kecil.
[Nyonya Flambard] "Apa-apaan ini!"
Nyonya Flambard mengibas-ngibaskan kain yang dibawa penjahit, meluapkan kemarahannya.
[Nyonya Flambard] "Sulaman macam apa ini! Astaga! Padahal saya sudah membayar mahal!"
[Liene] "Ah..."
Kain yang dipotong sesuai ukuran Black seharusnya disulam oleh para pekerja yang dipekerjakan oleh penjahit. Waktunya sempit, jadi mereka harus membayar lebih mahal. Tapi hasilnya sangat buruk.
[Nyonya Flambard] "Astaga, astaga... Bagaimana ini bisa digunakan sebagai pakaian pernikahan kerajaan, hah?"
Sulaman yang dilihat dari dekat terlihat sangat acak-acakan. Jahitannya tidak merata, dan ada bagian yang keluar karena simpul yang tidak dibuat dengan benar. Nyonya Flambard memiliki selera yang sangat tinggi, tetapi bahkan Liene mengerutkan dahinya membayangkan sulaman seperti itu ada di jubah pernikahan Black.
[Nyonya Flambard] "Jika kau punya lidah, bicaralah! Kerajaan mana yang akan menyebut ini sulaman!"
Nyonya Flambard menunjuk penjahit yang memegang kedua tangannya. Ia terlihat sangat marah sehingga Liene harus menghentikannya sebelum ia mencabut rambutnya yang tersisa.
[Liene] "Ya. Mari kita dengarkan dia. Apa yang terjadi?"
[Penjahit] "Putri... Saya sungguh..."
Penjahit menundukkan kepalanya dan bahunya bergetar.
[Penjahit] "Saya tidak tahu apa masalahnya. Sejauh yang saya tahu, saya mempekerjakan pekerja yang paling terampil, dan mereka bekerja sangat keras sampai mata mereka keluar untuk menyelesaikan sulaman sesuai waktu yang Anda minta."
[Nyonya Flambard] "Apa katamu? Berapa banyak yang kau pekerjakan?"
Penjahit itu dengan bangga merentangkan tangannya.
[Penjahit] "Lima! Agar bisa selesai tepat waktu!"
[Nyonya Flambard] "Bodoh! Karena lima orang menempel di sana, jahitannya jadi tidak rata seperti ini!"
Nyonya Flambard memukul dadanya, tidak bisa menahan amarah.
[Nyonya Flambard] "Terampil atau tidak! Jika lima orang harus menempel di sana sampai mata mereka keluar untuk sulaman seperti ini, mereka pasti baru pegang jarum sehari dua hari!"
[Penjahit] "Oh, bagaimana Anda bisa mengatakan itu. Mereka bukan pemula. Mereka semua adalah pekerja terampil yang sudah menyulam selama tiga atau empat tahun!"
[Nyonya Flambard] "Diam! Kau sudah bekerja selama tiga atau empat tahun dan hanya menghasilkan ini!"
Demi Tuhan, ini pertama kalinya Liene melihat Nyonya Flambard semarah ini. Telinganya memerah, dan tidak ada cara untuk menghentikannya.
[Liene] "Kalau begitu, um... Apa tidak bisa diperbaiki? Jika tidak bisa, kita bisa membuatnya lagi."
[Nyonya Flambard] "Putri! Bagaimana Anda bisa mengatakan itu! Bagaimana Anda bisa memperbaiki sulaman! Dan jika orang ini tidak bisa menemukan pekerja terampil, hasilnya akan sama!"
Penjahit itu mengangguk setuju, meskipun ia merasa kesal.
[Liene] "Oh... Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?"
[Nyonya Flambard] "Kita harus membongkar semuanya dan menyulamnya dari awal. Itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan kainnya."
[Liene] "Ah... Tapi kita tidak punya waktu sebanyak itu. Dan Nyonya bilang hasilnya akan sama bahkan jika kita membuatnya lagi."
[Nyonya Flambard] "Putri."
Nyonya Flambard memanggil Liene dengan wajah serius.
[Nyonya Flambard] "Tidak ada pilihan lain. Kita berdua yang akan melakukannya."
[Liene] "Apa?"
Liene tidak mengerti apa maksud dari perkataan yang menakutkannya.
[Nyonya Flambard] "Kita hanya perlu begadang selama tiga malam. Tidak, dua malam saja."
[Liene] "Nyonya..."
Tiga malam... Kau akan membuatku tidak bisa menggunakan jari-jariku...Ā Dan aku punya banyak pekerjaan lain yang harus kulakukan.
[Nyonya Flambard] "Saya tidak bisa menyerahkannya kepada orang lain. Kepada orang-orang yang bahkan tidak tahu dasar-dasar meratakan jahitan! Bahkan untuk gaun pernikahan.!"
Liene juga tidak bisa menerima kondisi sulaman itu. Tapi begadang selama dua malam...
...Apa boleh buat.Ā
Jika tidak ada cara lain, ia harus melakukannya. Ia tidak bisa memberikan hadiah seperti itu. Liene tidak mau.
[Liene] "Baiklah. Mari kita lakukan."
[Nyonya Flambard] "Ya! Tentu saja! Terima kasih, Putri!"
Wajah Nyonya Flambard berseri-seri meskipun harus begadang selama dua malam. Ia memang orang yang sangat berdedikasi pada sulaman.
[Penjahit] "Tidak, Putri..."
Di sisi lain, wajah penjahit itu menjadi pucat.
[Penjahit] "Kalau begitu, bayarannya..."
[Nyonya Flambard] "Bayaran apa! Kau hanya membuat lubang jarum yang tidak berguna di kain!"
Nyonya Flambard berteriak dengan kesal.
[Penjahit] "Tidak, tapi saya mempekerjakan lima orang! Bagaimana Anda bisa mengabaikannya!..."
[Nyonya Flambard] "Makanya, pekerjakan orang yang berguna! Karena mereka, Putri dan saya harus bekerja lebih keras!"
Apa yang dikatakan Nyonya Flambard benar, tetapi penjahit itu juga punya alasan.
[Liene] "Begini saja."
Liene berbicara. Ia memutuskan untuk menyisakan upah untuk kelima pekerja. Sebagai gantinya, penjahit harus mengembalikan uang untuk dirinya sendiri. Penjahit itu pulang dengan wajah sedih, tetapi Nyonya Flambard mencibir, mengatakan bahwa Liene terlalu murah hati. Uang dikembalikan penjahit kepada Nyonya Flambard. Meskipun ada pekerjaan ekstra, syukurlah tidak ada yang rugi.
Ah, tidak, aku yang rugi.Ā
Liene menatap Nyonya Flambard yang sedang membongkar setiap jahitan sulaman dengan wajah menderita. Black harus tidur sendirian selama dua malam ke depan. Ucapan Black yang mengatakan bahwa ia sangat menunggu momen itu setiap hari terngiang di telinga Liene, membuatnya merasa sedikit bersalah.
[Burrhey] "Kau tidak bisa masuk hari ini!"
Para tetua, yang telah lebih dulu menguasai ruang Pertemuan Agung, terlihat bertekad. Mereka telah menempatkan pasukan pribadi di sekitar dan memblokir pintu masuk. Hari ini, mereka bertekad tidak akan diganggu oleh Tiwakan seperti kemarin. Ditambah lagi, hari ini Black tidak punya alasan untuk masuk dengan dalih āmengawasi tahananā. Mereka hanya perlu memilih Kardinal yang baru dan memberitahu keluarga kerajaan.
[Burrhey] "Jangan berani-berani menginjakkan kakimu yang kotor di sini. Pergi sekarang juga!"
Burrhey berbicara dengan kebencian dari hari kemarin. Hari ini, Tiwakan juga hanya ada enam, tidak termasuk pemimpin mereka. Ada satu orang lagi yang tidak membawa senjata, tetapi punggungnya yang bungkuk menunjukkan bahwa ia bukan seorang tentara bayaran. Sementara itu, pasukan pribadi dari lima keluarga yang mereka kumpulkan berjumlah lebih dari dua ratus. Mereka sedikit kesal karena Rosadel tidak mengirim satu pun pasukan, tetapi angka dua ratus sangatlah meyakinkan.
[Black] "Hari ini ternyata kalian memakai otak."
Black mengangguk, melihat formasi yang disusun pasukan. Setelah dihajar kemarin, sepertinya hari ini mereka yang lebih pintar.
[Burrhey] "Apa yang kau gumamkan? Pergi sekarang juga! Tempat ini bukan untuk tentara bayaran hina sepertimu!"
Burrhey terus berteriak dari belakang Serquez. Namun, Burrhey salah memilih kata.
[Black] "Hina...?"
Yang marah bukanlah Black, melainkan para tentara bayaran. Seorang tentara bayaran bernama Randall, yang sudah sepuluh tahun bekerja, menggerakkan jari-jarinya.
[Randall] "Kenapa bangsawan Nauk semuanya bodoh seperti ini?"
Meskipun Nauk merupakan kerajaan kecil di selatan, bagaimana bisa mereka tidak tahu cerita tentang Tiwakan? Dulu, hanya sedikit bangsawan atau anggota kerajaan yang meremehkan Black dan mereka harus menangis darah. Ada satu hal yang tidak bisa ditoleransi: penghinaan terhadap asal usul Black.
[Randall] "Aku hanya akan memotong lidahnya, Tuanku. Aku tidak akan menyentuh bagian lain."
Randall bergumam dan meletakkan tangannya di gagang pedangnya.
[Black] "Sudahlah."
Black menepuk tangannya.
[Randall] "Tidak, Tuan akan menghentikanku? Kenapa? Anda bahkan tidak melakukannya di Kerajaan Priana..."
[Black] "Terlalu banyak keributan. Berhenti jika kau tidak ingin melawan seratus dua puluh sendirian."
[Randall] "Mari kita coba. Siapa tahu aku bisa membuat rekor baru."
Tentara bayaran lain hanya terkekeh mendengar omongan konyol itu.
[Black] "Bercanda saat kita ada waktu luang."
[Randall] "Ah, sungguh. Kenapa Anda harus menghentikannya?"
Randall menggerutu, sementara para bangsawan semakin terkejut.
[Ellaroiden] "Apa orang-orang ini gila...?"
Ellaroiden bergumam tanpa sadar. Rosadel mengangguk, seolah setuju. Trauma karena tidak bisa berbuat apa-apa di rumah mereka sendiri masih terasa kuat. Mereka bahkan berpikir lebih baik membatalkan keputusan untuk memilih ketua Pertemuan Agung yang baru dan menghalangi pernikahan.
[Burrhey] "Aku... aku bilang pergi lah...!"
Burrhey memaksakan suaranya keluar.
[Black] "Ah, itu tidak mungkin."
Black berbicara dengan santai, seolah tidak ada yang terjadi.
[Bangsawan] "Tidak mungkin apa... Apa yang tidak mungkin bagi tentara bayaran di Pertemuan Dewan Agung Nauk..."
[Black] "Pertemuan Dewan Agung dibatalkan."
[Bangsawan] "Apa? Kenapa?"
Mendengar itu, Serquez mau tidak mau harus maju. Ia seorang oportunis yang akan mundur ketika ada kerugian, tetapi ini bukan saatnya.
[Serquez] "Pertemuan Dewan Agung Nauk adalah sesuatu yang sakral. Siapa kau sampai berani-beraninya menyebut pembatalan?"
Sudah saatnya menghentikan barbar ini, bahkan jika harus dengan kekuatan.
[Black] "Kalian berkumpul hari ini untuk menunjuk Kardinal, kan?"
Nada santainya yang tidak sopan semakin memicu amarah.
[Bangsawan] "Siapa kau sampai berani bicara tentang agenda Pertemuan Dewan Agung!"
[Black] "Kardinal sudah ada, jadi tidak perlu ada pertemuan."
[Bangsawan] "Ada Kardinal? Omong kosong macam apa itu!"
[Black] "Bawa dia ke sini."
Black memberi isyarat ke belakangnya.
[Randall] "Baik, Tuanku."
Para tentara bayaran membawa seseorang ke pintu masuk ruang Pertemuan Dewan Agung. Seorang pria tua berambut putih, mengenakan jubah panjang yang menutupi sampai pergelangan kakinya.
[Burrhey] "Apa? Siapa ini?"
Burrhey tertawa sinis. Ia sangat terkejut sampai tidak bisa mengeluarkan kata-kata ejekan yang layak.
[Burrhey] "Kau sebut orang ini seorang Kardinal Nauk?"
[Pria Tua] "Ya, kau benar, Elain Burrhey."
[Burrhey] "..."
Burrhey terdiam, curiga karena pria tua itu tahu namanya dengan tepat. Meskipun ia tahu namanya, suaranya terdengar sangat familier dan juga menjadi masalah.
[Burrhey] "Apa... Siapa?"
Pria tua itu menggerakkan tangannya yang tidak nyaman dan melepaskan tudung yang menutupi wajahnya.

[Manau] "Senang bertemu kalian semua. Setelah 21 tahun."
[Burrhey, Serquez, dll.] "..."
Kata "21 tahun" terasa seperti panah tak terlihat bagi kelima bangsawan. Mereka semua membuka mata lebar-lebar, merasa seperti ada sesuatu yang menusuk hati nurani mereka.
[Burrhey] "Kalau begitu... Jangan-jangan..."
Burrhey menunjuk pria tua itu, tubuhnya gemetar. Serquez menggelengkan kepalanya, tidak bisa mempercayainya.
[Serquez] "Imam Agung 21 tahun yang lalu... Manau?"
Pria tua itu perlahan mengangguk.
[Manau] "Nama itu adalah milikku, yang diterima dari Dewa sebagai suara-Nya."
[Bangsawan] "I-ini... Ini tidak mungkin...!"
Wajah kelima bangsawan itu menjadi pucat seperti kertas.
Perkataan Black benar. Keberadaan Manau menghilangkan tujuan Pertemuan Dewan Agung. Manau menjadi Kardinal bahkan sebelum Perjanjian Risebury dibentuk. Oleh karena itu, para tetua tidak punya hak untuk mempertanyakan kelayakannya berdasarkan perjanjian itu.
Sebagai Kardinal, Manau memberkati pernikahan kerajaan dan menetapkan tanggal pernikahan pada siang hari, tiga hari lagi. Karena suara Dewa telah mengakui pernikahan itu, Black menjadi penguasa bersama Nauk* melalui kontrak pernikahan yang ditandatangani dengan keluarga Arsak.
Serquez memprotes, berargumen bahwa status Black sebagai penguasa bersama belum sah secara adat karena pernikahan mereka belum diresmikan dalam upacara. Namun, kontrak pernikahan yang sudah ditandatangani oleh Black dan Liene memiliki kekuatan hukum dan adat istiadat Nauk.
[Black] "Sekarang, sudah waktunya untuk menggunakan tangan kanan kalian."
Black, yang duduk di kursi atas, mengucapkan kata-kata itu kepada para bangsawan. Tiga bangsawan yang sudah patah tangan kirinya menelan ludah.
[Black] "Tanda tangan."
*T/N Note: Penguasa Bersama Nauk (co-ruler): merujuk pada Black yang memiliki otoritas dan tanggung jawab untuk memerintah negara, sama seperti seorang raja, tetapi kekuasaan itu ia bagi dengan Liene.
Komentar