;
top of page

A Barbaric Proposal Chapter 70

  • 22 Agu
  • 7 menit membaca

Diperbarui: 5 hari yang lalu

※Akhir Kekeringan※

Bohong jika Liene berkata tak mengkhawatirkan perasaan Nyonya Henton.

[Liene] "Aku khawatir. Tapi, aku tidak punya hak untuk mengkwatirkan apakah Nyonya akan benar-benar menusuk dari belakang, bukan?"

[Nyonya Henton] "Ucapan macam apa itu..."

[Liene] "Aku tahu apa yang telah diperbuat mendiang Raja—ah, tidak, aku tak seharusnya menggunakan gelar itu. Aku tahu dosa leluhurku. Dan aku tahu apa yang kulakukan sebagai pewaris darahnya. Aku takut, sampai-sampai tak sanggup mengakui perbuatan ayahku dan memohon ampunan pada pria itu dengan mulutku sendiri. Meskipun begitu... aku yakin suatu saat, ia akan mengetahui semua yang terjadi di masa lalu, yang melibatkan tujuh keluarga bangsawan."

[Nyonya Henton] "..."

Wajah Nyonya Henton menegang saat mendengarkan ucapan Liene.

[Liene] "Pada saat hukuman tiba, aku mungkin akan menerima ganjaran yang pantas. Jadi, sebenarnya mengkhawatirkan apa yang akan Nyonya perbuat adalah hal yang tak berarti."

[Nyonya Henton] "Maksud Anda... karena Anda pada akhirnya akan mati, jadi tak peduli siapa yang membunuh Anda?"

[Liene] "Bukan itu maksudku. Hanya saja... aku tidak perlu berjuang keras mempertahankan nyawaku."

Ia hanya berharap masa ini dapat berlangsung selama mungkin. Waktu untuk menikah dengan damai, waktu untuk menyerahkan hak memerintah dengan damai, waktu untuk membangun rumah tangga, dan waktu untuk hidup bahagia.

[Liene] "Kalau begitu, pikirkanlah apa yang akan kau lakukan. Bicaralah juga dengan anakmu. Jika Nyonya tinggal di istana, aku ingin kau menjadi kepala dayang di Nauk."

Dan ia berharap kebencian Nyonya kepada pria itu akan berakhir dengan kebencian yang hanya tertuju pada Liene. Sebab, pria itu pun hanyalah seorang anak kecil saat itu. Seperti kata Nyonya, anak sekecil usianya tak bisa berbuat apa-apa melawan orang dewasa.

[Klima] "Aneh... Sungguh aneh."

Klima, yang menelan sisa kuenya, menyeka remah-remah di sudut bibirnya dan mendekat.

[Liene] "Apa yang aneh?"

[Klima] "Dia sudah tahu. Semuanya."

[Liene] "Ya?"

Klima menatap Liene, mengerjap-ngerjapkan mata cokelatnya yang polos.

[Klima] "Pangeran Fernand bertanya pada saya... dan saya sudah menceritakan semuanya."

[Liene] "Semuanya... Kau menceritakan apa?"

Liene tanpa sadar membalikkan tubuhnya dengan cepat. Gerakan kasar yang tak terduga membuat Klima terperanjat.

[Klima] "Semua hal yang sudah saya ceritakan pada Putri... semuanya."

[Liene] "Apa katamu?"

Mata hijau Liene membelalak hingga batas maksimal.

[Liene] "Kalau begitu, dia sudah... mengetahui semuanya... Tidak, kapan kau memberitahunya?"

[Klima] "Kemarin."

[Liene] "Kemarin?"

Kejadiannya kemarin. Saat Black tiba-tiba menjadi pendiam dan dingin.

[Black] —Aku tahu selama ini aku sudah memaksamu melakukan sesuatu yang tidak kau sukai, karena aku memaksakan pernikahan ini demi kepentinganku sendiri.

Pria itu, yang telah mendorongnya dengan dingin, berbalik ketika Liene memintanya untuk tidak pergi.

[Black] —Aku merasa putus asa. Kau selalu terlihat seperti ingin meninggalkanku, Putri.

[Liene] "Kemarin... Kalau begitu, ia sudah tahu apa yang dilakukan keluarga Arsak... Benarkah?"

[Klima] "Tidak."

Klima menggelengkan kepalanya. Setiap kali wajahnya yang polos terguncang, remah-remah kue manis berhamburan.

[Klima] "Beliau sudah tahu apa yang keluarga Arsak lakukan. Kemarin, beliau hanya tahu bahwa saya telah menceritakan semua yang saya ketahui kepada Putri."

[Liene] "Ia sudah tahu? Perbuatan keluarga Arsak...!"

Liene sangat terkejut hingga tubuhnya terhuyung. Khawatir ia akan jatuh, Nyonya Henton yang terkejut langsung berdiri dan memeganginya.

[Liene] "Bagaimana... bagaimana mungkin?" Liene bertanya sambil menarik-narik lengan baju Nyonya Henton dengan gugup.

[Liene] "Bagaimana bisa? Bagaimana? Meskipun mendiang Raja melakukan kekejaman? Bagaimana dia bisa tetap bersikap baik padaku..."

[Nyonya Henton] "Tolong... tolong tenang sedikit, Nona."

[Liene] "Dia bersikap baik padaku..."

[Black] —Masa lalu sudah kulupakan. Aku hanya ingin memiliki rumah.

Liene, dengan mata terbelalak, terbata-bata berkata kepada Nyonya Henton.

Sebenarnya, tak peduli ia berbicara kepada siapa. Hanya saja Nyonya Henton berada di hadapannya saat ini.

[Liene] "Pria itu... dia sudah tahu semuanya. Sejak awal. Namun, ia bilang padaku sudah melupakan semuanya... ia bersyukur tidak pernah merasa 'kehilangan diriku'..."

[Black] —Lakukan apa pun yang Putri inginkan.

[Liene] "Rupanya itu yang ia tidak suka... Ia khawatir aku akan takut kepadanya... Ia takut aku akan menerima dirinya dengan terpaksa. Terpaksa karena aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan padaku..."

Ketika Liene mengatakan bahwa Black tidak seperti dugaannya, pria itu menyuruhnya untuk menangis lebih banyak. Ia menyuruhnya untuk menangis lebih banyak karena Liene seolah tidak tahu cara menangis. Ia bilang, hanya dengan begitu Liene bisa tidur nyenyak.

Air membanjiri matanya yang membesar.

[Black] —Yang penting bagiku adalah bahwa Putri adalah orang yang menyentuh luka ini, dan kini aku sudah tidak merasakan sakit lagi.

Baru sekarang Liene sepenuhnya mengerti arti ucapan pria itu.

[Nyonya Henton] "Saya sama sekali tidak mengerti apa yang Anda bicarakan. Haruskah saya panggilkan seseorang?"

[Liene] "...Tidak."

Liene menatap Nyonya Henton dengan mata berkaca-kaca, lalu tersenyum lebar.

[Liene] " Terima kasih, Nyonya. Dan maafkan aku."

[Nyonya Henton] "Tiba-tiba sekali?"

Liene merentangkan kedua tangannya dan memeluk Nyonya Henton dengan erat. Nyonya Henton sangat terkejut hingga ia lupa bernapas.

[Liene] "Dia sudah tahu semuanya. Dia datang kepada aku meskipun sudah tahu segalanya. Aku sangat menyesal. Dan aku sangat berterima kasih."

[Nyonya Henton] "Saya sungguh tidak tahu apa..."

Membuat Nyonya Henton mengerti adalah urusan nanti. Liene melepaskan Nyonya dan berbalik ke arah Klima. Dan seperti yang ia lakukan kepada Nyonya Henton, ia memeluk Klima dengan sangat erat.

[Liene] "Terima kasih, Klima. Dan maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Terima kasih."

[Klima] "Pu-Putri... Putri..."

Seluruh wajah Klima memerah, dan ia terus gagap sampai Liene melepaskannya.


Baca Novel A Barbaric Proposal Bahasa Indonesia Chapter 70: Akhir Kekeringan. Baca Novel A Savage Proposal oleh Lee Yuna. Baca  Novel Terjemahan Korea

[Liene] "Kalian berdua harus memikirkan baik-baik. Apa yang ingin kalian lakukan ke depan. Bagaimana kalian ingin menjalani kehidupan."

Setelah menyelesaikan perkataannya, Liene berbalik dengan tergesa-gesa. Sambil menggulung ujung roknya dengan kedua tangan, Liene berlari menuruni tangga hingga memperlihatkan pergelangan kakinya, seperti anak berusia lima tahun.

Saat ini, ia hanya ingin menangis sejadi-jadinya.

—Jika ingin menangis, datanglah padaku dan menangislah di hadapanku. Jangan menyia-nyiakannya dengan menangis sendirian.

Karena permintaan pria itu, ia harus segera datang kepadanya.

Black sedang dalam perjalanan pulang dari sebuah puri kosong di selatan sungai. Perkataan Fermos benar. Jika tembok yang layak dibangun, lokasi itu sangat optimal untuk dijadikan benteng. Lokasi, pemandangan, dan medannya tak bercela.

[Fermos] "Kalau begitu, setelah pembangunan tangga kuil selesai, kita akan mulai konstruksi di tempat ini. Apakah Anda akan menanggung semua biayanya lagi kali ini?"

[Black] "Ya."

[Fermos] "Hmm... Jika dibangun dengan layak, pengeluaran kita akan cukup besar."

[Black] "Sudah saatnya Grand Duchy Alito mengirim emas, kan?"

[Fermos] "Ah, sudah saatnya ya?"

Di dekat Grand Duchy Alito, terdapat tambang emas yang kepemilikannya dialihkan kepada Black sebagai ganti rugi perang. Tiwakan menyewakan hak penambangan emas kepada Grand Duchy Alito dan mengambil separuh dari keuntungan setiap tahun.

Di seluruh benua, mungkin hanya Fermos yang mengetahui secara pasti kekayaan Tiwakan. Betapa besar kekayaan yang tersebar di mana-mana, termasuk properti berwujud besar yang tidak dapat dipindahkan, seperti tanah dan tambang.

Ada satu tambang emas, tetapi ada beberapa tambang besi dan garam. Keuntungan dari tambang garam saja sudah setara dengan anggaran tahunan Duchy kecil mana pun.

Saat perang terjadi, pemenang maupun yang kalah akan mengalami kerugian finansial yang besar. Pihak yang menghasilkan uang hanya kelompok tentara bayaran. Tiwakan, yang merupakan gabungan kekuatan militer Black dan otak Fermos, telah menyapu bersih uang yang mengalir di benua ini dengan rajin selama sepuluh tahun terakhir.

[Black] "Mustahil kau tidak tahu mengetahuinya."

Black melirik Fermos. Fermos mengangkat bahunya dengan malu-malu.

[Fermos] "Saya memang tidak bisa menyembunyikan apa pun dari Tuan. Saya hanya ingin mengatakan bahwa pembangunan benteng hanyalah permulaan. Nauk adalah tong yang bocor, Tuan. Seperti yang Anda tahu."

[Black] "Aku tahu."

[Fermos] "Tapi Anda tetap berniat menuangkan kekayaan ke dalamnya tong yang bocor?."

[Black] "Uang bisa dicari lagi. Aku tidak akan kekurangan apa pun."

[Fermos] "Tentu saja... Yah, karena kekayaan Tuan memang sangat besar, statusnya akan tetap terjaga. Jika kekurangan, saya akan menjalankan perusahaan dagang dan mengumpulkan uang dengan rajin."

[Black] "Suatu hari, kekeringan akan berakhir."

[Fermos] "Ya?"

Black mengatakannya dengan sangat yakin sehingga Fermos mengerjapkan matanya.

[Fermos] "Apa Anda tahu sesuatu?"

[Black] "Kekeringan yang berlangsung selama dua puluh tahun terakhir tidak wajar. Jika iklimnya memang berubah secara keseluruhan, tidak mungkin hanya Nauk yang mengalami kekeringan."

[Fermos] "Eh, pernyataan Anda benar, tapi Tuan..."

[Black] "Aku butuh orang-orang yang mempelajari iklim. Aku berencana memanggil para cendekiawan sebentar lagi. Jika aku tahu penyebab kekeringan, solusi pun akan muncul."

[Fermos] "Aha. Begitu maksud Anda."

Sudah pasti pandangan Tuannya sangat luas. Bahkan ketika memiliki gagasan gila untuk menanggung seluruh beban keuangan kerajaan, ia sudah memiliki rencana untuk masa depan.

[Fermos] "Tuan benar-benar bertekad untuk menetap di tanah ini. ...Namun, bukankah saat Anda datang, Anda bilang hanya akan tinggal sebentar? Kapan tepatnya Anda berubah pikiran?"

Black kembali melirik Fermos. Matanya yang menyipit seolah mengejeknya sebagai orang bodoh, membuat Fermos memiringkan kepalanya.

[Fermos] "Mengapa Anda menatap saya seperti itu?"

[Black] "Saat itu berbeda."

Nada bicaranya seperti seseorang yang sedang mengunyah dengan susah payah. Fermos berpikir bahwa itulah satu-satunya sisi manusiawi yang Black tunjukkan. Nada yang muncul saat ia tidak ingin menjawab, tetapi mulutnya terbuka dengan sendirinya.

[Black] "Aku berencana pergi setelah menjadikan Nauk milikku."

[Fermos] "Seperti tambang-tambang yang lain, ya."

Meskipun kepemilikannya berubah, Nauk akan terus berjalan seperti biasa bahkan setelah ia pergi. Karena Black tidak memiliki keluhan hidup sebagai tentara bayaran, ia berencana untuk tetap hidup seperti biasa setelah menikah.

[Fermos] "Namun, ada Putri di Nauk, dan kebetulan Putri adalah orang yang memiliki sifat luar bisa... Hmm, jadi begitulah yang terjadi."

Fermos bergumam pada dirinya sendiri dan mengangguk. Sambil menunggang kuda, ia tiba-tiba melirik sekeliling dan berkata,

[Fermos] "Menurut saya, keputusan Anda bukan ide yang buruk."

[Black] "Apa?"

[Fermos] "Menetap. Tuan akan menjadi raja yang baik."

Mendengar usulan itu, Black menggelengkan kepalanya tanpa berpikir.

[Black] "Aku tidak punya niat menjadi raja. Nauk sudah memiliki penguasa yang sempurna."

[Fermos] "Itu, umm... Saya tentu saja mengakui bahwa Putri adalah penguasa yang hebat. Tetapi bukankah situasi politik Nauk terlalu berbahaya bagi Putri?"

[Black] "Justru kenyataan itu yang luar biasa. Meskipun berbahaya, ia berhasil mempertahankan hak untuk memerintah hingga saat ini."

[Fermos] "Tentu, karena ia menghabiskan semua kekayaan kerajaan."

[Black] "Tindakan itulah yang mempertahankan haknya memerintah. Rakyat Nauk tidak akan menerima penguasa lain selain Putri Liene."

Itu lah alasan mengapa Kleinfelter tidak pernah berhasil merebut hak memerintah secara paksa. Pemberontakan akan mudah dilakukan, tetapi mereka tidak berani. Rakyat Nauk mencintai Liene, yang belum diberikan pernobatan resmi dan hanya dipanggil Putri, karena perlawanan enam keluarga bangsawan. Kekayaan yang Liene habiskan telah menjadi basis dukungan yang kokoh.

[Fermos] "Hmm... Tentu, ia adalah gambaran ideal seorang penguasa. Tetapi, semuanya ada batasan. Kekayaan Putri hampir habis. Akankah dukungan rakyat tetap sekuat sekarang, meskipun Putri tidak bisa berbuat apa-apa lagi?"

[Black] "Fakta itu tidak penting lagi sekarang."

Fermos menggerakkan bibirnya.

[Fermos] "Anda bermaksud mengambil peran sebagai pendukung finansial kerajaan, kalau begitu."

[Black] "Aku bisa melakukannya. Itu adalah tugasku."

[Fermos] "...Baiklah, jika Anda berkata begitu."

Fermos mengangkat bahunya dan memutar kepalanya ke depan.

Baik Black maupun Liene, dii mata Fermos, keduanya tidak berbeda. Tindakan mereka untuk mengorbankan apa yang dimiliki demi orang lain adalah sama, dan sifat itu yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang penguasa.

Ah, mungkin niat mereka sedikit berbeda. Putri melakukannya untuk Nauk, sementara Tuan melakukannya untuk Putri.

Kalau dilihat dari sudut pandang ini, keduanya memang sangat cocok. Tidak akan ada pasangan yang lebih ideal dari mereka.

Bagaimanapun, jika Black sudah memutuskan perannya, maka peran Fermos pun telah ditentukan.

Perannya juga akan menyenangkan. Mengubah negara kecil yang hampir bangkrut menjadi negara kaya bersama dua penguasa yang hebat.

Fermos mengangguk sendirian, lalu mengalihkan topik pembicaraan.

[Fermos] "Kalau begitu, kita hanya perlu menyelesaikan Pertemuan Dewan Agung. Kleinfelter pasti akan tersingkir, dan sisanya bisa kita ikat dan awasi dengan ketat."

[Black] "Aku menantikan pertemuan itu."

Black telah menyiapkan rencana kecil untuk Pertemuan Dewan Agung. Fermos menyeringai nakal, memahami maksud perkataan Tuannya.

[Fermos] "Saya setuju, Tuan."

Di tengah percakapan, Kastil Nauk sudah berdiri tegak di depan mereka. Setelah melewati jembatan gantung, Black melalui gerbang kastil menuju kandang kuda.

Dan di sana, ia berhadapan dengan seseorang yang sudah menunggunya.

[Seseorang] "Lord Tiwakan!"


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Donasi Pembelian Novel Raw untuk Diterjemahkan

Terima kasih banyak atas dukungannya 

bottom of page