;
top of page

A Barbaric Proposal Chapter 60

  • 28 Jul
  • 8 menit membaca

Diperbarui: 25 Agu

~ Mereka yang Serupa ~

[Liene] "Apa masalahnya?"

Liene mendongak menatap Fermos, memiringkan kepalanya.

[Fermos] "Seperti yang Anda ketahui, ada kendala besar dalam prosesi pernikahan Anda saat ini—Perjanjian Risebury. Anda mengatakan Kuil memiliki kekuatan untuk membatalkannya, tetapi sekarang jabatan Kardinal kosong, dan Perjanjian itu sendiri sudah bobrok, jadi kita tidak bisa menunjuk Kardinal baru dengan mudah."

Itu benar. Rencananya adalah memutuskan hubungan antara Kuil dan keluarga Kleinfelter dengan mengungkapkan bahwa Lyndon Kleinfelter telah memerintahkan Klimah untuk membunuh Kardinal. Namun, jika Klimah dilindungi, rencana itu tidak mungkin dilakukan.

[Fermos] "Jadi saya mohon Anda mempertimbangkan kembali, Putri. Jika kita menghapus dosa-dosa Klimah, maka tidak pasti berapa lama lagi pernikahan Anda harus ditunda."

[Liene] ".....Tapi kita tidak bisa membunuhnya."

[Fermos] "Kalau begitu, setidaknya beritahu saya alasannya. Alasan Anda bersikeras menyelamatkannya."

[Liene] ". . ."

Liene menghela napas. Bagi Liene, hidup Klimah adalah masalah yang tak ingin ia kompromikan. Namun Fermos sepenuhnya di pihak Black, jadi ia perlu menunjukkan ketulusannya kepada Black jika ingin Fermos mendengarkan. Liene menarik napas panjang dan dalam, perlahan mengembuskannya.

[Liene] "Aku tidak pernah punya anak."

[Fermos] "Oh, saya dengar. Meskipun itu bukan anak biologis Tuanku, saya turut berduka atas kehilangan Anda....Tunggu, apa maksud Anda, tidak pernah?"

Fermos sebenarnya tidak terlalu peduli dengan situasi ini, jadi ia mencoba memaksakan diri mengucapkan kata-kata belasungkawa. Namun saat pikirannya jernih dan ia fokus pada ucapan Liene, matanya melebar.

[Fermos] "Maksud Anda, Anda tidak pernah hamil sejak awal? Apa itu benar?"

[Liene] "Ya."

[Fermos] "Dan Tuanku tahu...Ah, baiklah, itu menjelaskan banyak hal. Pantas saja ia terlihat sangat bahagia, wajahnya terlihat bodoh. Ah, tapi tolong jangan bilang padanya saya mengatakan itu. Seperti yang Anda tahu, Tuanku tidak terlalu sering mengungkapkan emosinya. Tidak ada orang lain yang akan menyadarinya, tetapi kami yang mengenalnya dengan baik sangat terkejut ketika ia membuat wajah aneh."

Liene tidak terlalu keberatan dengan gagasan tersebut. Liene tak bisa membayangkan Black memasang wajah konyol, tapi ia yakin Black akan terlihat menawan. Mungkin akan terlihat sangat lembut dan ramah. Bahkan mungkin sedikit gembira.

...Memikirkannya seperti ini membuatku merindukannya.

[Liene] "Aku akan terus berbohong sampai akhir. Begitulah rencanaku untuk melindungi kedaulatan keluarga Arsak. Tapi….."

[Fermos] "Apa Anda berubah pikiran?"

[Liene] "Ya."

[Fermos] "Bolehkah saya bertanya mengapa?"

[Liene] "Karena aku sudah memutuskan untuk tulus kepada pemimpinmu."

[Fermos] "Oh…"

Fermos duduk diam, hanya berkedip karena terkejut. Setiap kali ia bergerak, otot-otot wajahnya bergeser, diiringi bunyi monokel yang berderak di tempatnya.

[Liene] "Aku tak punya apa pun lagi untuk dihitung atau ditakutkan, atau dikecewakan. Aku percaya Lord Tiwakan adalah pria yang tidak kekurangan apa pun, dan akan menjadi Raja Nauk yang hebat."

[Fermos] "Itu sudah jelas, tapi saya masih sedikit bingung. Saya senang mendengar Anda ingin tulus, tetapi rasanya terlalu dini bagi Anda untuk mengatakannya….."

[Liene] "Apa kau pikir aku berbohong padamu?"

Liene berbalik dan menghadap Fermos, ekspresinya sangat tenang. Tidak ada yang ia katakan adalah kebohongan. Ya, Liene memamng memiliki hal-hal yang ingin disembunyikan, tetapi semua yang ia katakan sekarang adalah kebenaran yang lengkap dan jujur. Lagi pula, Fermos sendiri bahkan mengatakan bahwa Liene adalah pembohong yang buruk. Jika ia melihat Liene dengan benar sekarang, ia akan bisa melihat ekspresinya dan mengenali kejujurannya.

[Fermos] "Tidak, tolong lupakan apa yang saya katakan. Tidak ada alasan bagi saya untuk berbicara seperti ini kepada Anda. Sebagai seseorang yang telah mengikrarkan kesetiaan kepada Tuanku, saya senang mendengar Anda berbicara tentang ketulusan."

[Liene] "Dan aku hanya ingin melakukan semua yang aku bisa untuknya. Aku ingin Lord Tiwakan dan keturunannya menjadi penguasa sah tanah ini."

[Fermos] "Yah, jika begitu, baiklah. Tapi saya tidak mengerti apa hubungannya dengan menutupi dosa pelayan."

[Liene] "Itu penting. Hanya itu yang perlu kau ketahui."

[Fermos] "Hm...Anda seperti tidak ingin membicarakannya."

[Liene] "Cara kita membantu orang lain bisa bervariasi dari waktu ke waktu. Tapi ketahuilah bahwa demi Lord Tiwakanlah aku ingin membersihkan dosa-dosa pelayan itu. Lord Tiwakan adalah satu-satunya yang ada di pikiranku saat ini."

[Fermos] "B, baiklah, jika Anda mengatakan hal seperti itu....maka saya tidak bisa menolak."

Seolah melihat melalui jendela, Fermos merasa bisa melihat kebenaran sedikit lebih jelas.

Fermos terbata-bata sesaat, merasa aneh seolah ia ditusuk di suatu tempat. Baik Tuannya maupun Putri menyikapi masalah dari sudut pandang yang berbeda, tetapi yang mereka lakukan sama persis. Perasaan mereka tulus, jadi mereka ingin melakukan sesuatu untuk satu sama lain. Dan salah satunya dengan menjaga pelayan Klimah tetap hidup.

Meskipun metode mereka berbeda, entah mengapa terasa seperti mereka menginginkan hal yang sama. Namun mereka tidak tahu karena mereka tidak berbicara satu sama lain.

Merasa sedikit frustrasi, Fermos menggaruk kepalanya tanpa tujuan. Ia pernah mendengar bahwa manusia sering memberikan kasih sayang kepada mereka yang terasa serupa dengan diri mereka, dan meskipun ia ragu sebelumnya, melihat mereka berdua sekarang, ia merasa hal itu benar. Mereka berdua, meskipun secara lahiriah sangat berbeda, secara batin sangat mirip.

[Fermos] "Jika tidak bisa dihindari, maka kita akan mencari cara lain."

Seolah lega, Liene tersenyum lebar.

[Liene] "Terima kasih."

[Fermos] "Ah…..Ya. Terima kembali."

Saat itu, Fermos begitu terkejut hingga ia secara tak sengaja mengucapkan respons yang salah.


Baca Novel A Barbaric Proposal Bahasa Indonesia Chapter 60: Mereka yang Serupa. Baca Novel A Savage Proposal oleh Lee Yuna. Baca  Novel Terjemahan Korea

[Liene] "Untuk apa kau berterima kasih padaku, Tuan Fermos?"

[Fermos] "Ketika Anda tersenyum, tentu saja pemandangan seperti itu patut disyukuri...Ah, tunggu, tidak, apa yang saya katakan...S-saya akan pergi sekarang."

Dan tanpa mengucapkan selamat tinggal yang layak, Fermos berdiri tegak dari kursinya dan dengan cepat meninggalkan ruangan.

[Liene] "....?"

Bahkan Liene terpaksa terdiam melihat betapa aneh perilakunya—perilaku yang tidak seperti Fermos yang ia kenal. Bukan berarti ia berharap Fermos bersikap sopan padanya setiap saat, tetapi tetap saja sangat aneh.

[Liene] "Yah, bagaimanapun, Klimah…..perlu mencari tempat persembunyian yang layak. Jika ia tetap di Kuil, keluarga Kleinfelter mungkin menemukannya."

Namun Liene memiliki begitu banyak pekerjaan lain yang harus ia khawatirkan. Belum lagi ibu Klimah, yang menjadi sandera dengan dalih bekerja di perkebunan Kleinfelter, juga perlu diselamatkan entah bagaimana.

[Liene] "Apa yang harus kulakukan dengan ibunya…..?"

Namun sedikit yang Liene tahu bahwa keadaan Nyonya Henton adalah kekhawatiran yang tak perlu ia pikirkan. Bagaimanapun, ia sudah dibawa pergi dari rumah itu. Di tempat yang aman dan tenteram.

Fakta bahwa perkebunan Kleinfelter diacak-acak membuat lima keluarga yang tersisa gemetar marah. Ataukah ketakutan yang membuat mereka begitu gemetar? Meskipun Lyndon Kleinfelter tidak ada, pintu perkebunan seharusnya tidak bisa dibobol dengan mudah. Namun kenyataan bahwa itu terjadi, hanya membuktikan betapa jauh lebih kuat Tiwakan daripada mereka semua, bahkan jika mereka menggabungkan kekuatan. Mereka tidak bisa menghentikan Tiwakan.

[Ellaroiden] "Sialan."

Ellaroiden meludah di bawah napasnya. Meskipun kunjungannya telah diumumkan, puri Rosadel masih belum siap menerimanya. Ia mengumpat, berpikir bahkan umpatan kasarnya terlalu sopan untuk para pekerja lamban dan brengsek.

[Ellaroiden] "Mengapa mereka belum membuka pintu?"

Ini adalah krisis bagi keenam keluarga. Bukan hanya pertikaian politik atau ketidaksepakatan. Ini adalah ancaman berdarah, yang berpotensi mengambil semua nyawa mereka secara langsung. Jika mereka membiarkan situasi tetap seperti ini, mereka akan kehilangan semua yang mereka miliki karena para barbar Tiwakan itu.

Jadi keenam keluarga harus bersatu dengan kekuatan yang mereka miliki. Bahkan jika itu mengakibatkan perang atau pengkhianatan, mereka harus melakukan segala yang mereka bisa untuk mengusir Tiwakan. Pembicaraan ini seharusnya dipimpin oleh Lyndon Kleinfelter, tetapi karena ia masih dalam penjara, Ellaroiden tak punya pilihan selain maju, mengambil risiko, dan bergerak sendiri.

Namun akhir-akhir ini, dengan Kastil Nauk yang baru dipertahankan dan Tiwakan berkeliaran di jalanan, sangat menakutkan bahkan hanya untuk meninggalkan rumah. Belum lagi Ellaroiden memiliki dosanya sendiri—meskipun itu hanyalah dosa seorang utusan.

Seperti yang diminta Lyndon, ia mengirimkan pesan kepada pelayan yang ia sebutkan. Belum ada kabar tentang penangkapan pria itu, tetapi Tiwakan sudah menginjak-injak rumah kepala delegasi. Dan itu berarti rumahnya sendiri juga tidak akan aman. Apakah Putri Liene kembali atau tidak, ia pikir lima keluarga yang tersisa akan dibiarkan saja, tetapi sekarang hal itu tidak bisa dijamin.

Gedebuk, gedebuk—!

Merasa gugup, Ellaroiden mengerahkan kekuatan pada tinjunya, menggedor pintu perkebunan Rosadel. Ia mengenakan pakaian pekerja dan meninggalkan pengawalnya demi menghindari mata Tiwakan. Ia harus melakukan ini sendiri.

[Ellaroiden] "Buka pintu! Cepat!"

Klik. Ciiit!

Akhirnya pintu terbuka, tapi hanya sedikit.

[Pelayan] "Sst.....Anda harus diam."

Pelayan dari perkebunan Rosadel yang membuka pintu. Tapi Ellaroiden sudah dibuat menunggu begitu lama, ia sangat marah.

[Ellaroiden] "Jika kau akan membuka pintu pada akhirnya, mengapa kau membuatku menunggu begitu lama? Beraninya kau membiarkanku berdiri di luar?"

[Pelayan] "Tuan saya tidak ingin bertemu dengan Anda. Tolong, Anda harus kembali sekarang….."

[Ellaroiden] "Apa?"

Wajah Ellaroiden berkerut.

[Ellaroiden] "Beraninya kau! Minggir dari jalanku!"

Saat ia berteriak marah, Ellaroiden mendorong pelayan, memaksa masuk melalui pintu.

[Pelayan] "Tidak, Anda tidak bisa! Tuan!"

[Ellaroiden] "Diam dan panggil Tuan Rosadel. Beraninya kau melarangku!"

Dengan langkah berat, Ellaroiden melangkah melalui puri dengan sembrono. Pelayan mencoba menghentikannya, tetapi pelayan itu tidak bisa menyentuhnya, jadi yang ia lakukan hanyalah mengikutinya sambil berteriak.

[Ellaroiden] "Rosadel! Keluar! Apa kau benar-benar berpikir akan aman jika bersembunyi!? Apa kau pikir para barbar itu akan membiarkanmu jika kau bersembunyi seperti ini!?"

[Pelayan] "T, Tuan! Tolong kecilkan suara Anda. Tuan saya tidak bermaksud menyinggung Anda….."

[Ellaroiden] "Lalu apa ini?"

Pelayan tidak tahu harus berbuat apa, jadi ia dengan canggung menutup mulutnya. Namun, tepat saat ia hendak menyusut ketakutan, Rosadel akhirnya menunjukkan diri.

[Rosadel] "Diamlah, Tuan."

[Ellaroiden] "…..? Tuan Rosadel?"

Mulut Ellaroiden ternganga. Energi Rosadel yang habis sudah mencurigakan, tetapi melihat wajahnya, ia tampak sangat kelelahan dan kalah. Setelah kehilangan enam belas tentara dalam satu pertempuran, Rosadel ambruk—menderita setelah mendengar berita itu.

Dari enam belas pria, hanya satu yang berhasil melarikan diri dengan selamat. Namun ia kehilangan satu lengan, dan bahkan tidak bisa disebut kesatria lagi. Beberapa mungkin berpikir kehilangan enam belas tentara dari dua ratus hampir tidak perlu dikhawatirkan, tetapi tidak bagi Rosadel. Karena dalam waktu kurang dari satu jam, enam belas pria itu benar-benar dimusnahkan seperti menghancurkan biji-bijian busuk.

Dan rupanya, itu bahkan bukan pertempuran sungguhan. Semua pembantaian ini dilakukan oleh satu orang. Tiwakan adalah bencana. Seperti wabah yang melanda tanah. Mereka bukanlah sesuatu yang bisa dihentikan menggunakan kekuatan manusia. Menyadari ini, Rosadel sudah kehilangan semangat juangnya.

[Rosadel] "Aku sudah tahu untuk apa kau datang, dan aku tidak setuju. Aku menarik diri dari pertarungan ini. Pelayan, kirim saja ia kembali ke luar."

[Ellaroiden] "Apa yang kau bicarakan!?"

Selama seluruh percakapan ini, Rosadel bahkan tidak repot-repot mengundang Ellaroiden ke ruang tamu—sebaliknya hanya membiarkannya berdiri di aula utama. Dan sekarang ia disuruh kembali ke luar.

[Ellaroiden] "Apa kau akan menyerah begitu saja?"

[Rosadel] "Aku tidak ingin melawan Tiwakan. Itu tidak mungkin….."

[Ellaroiden] "Bangun! Apa kau benar-benar berpikir Tiwakan akan membiarkanmu? Kau adalah orang yang menyampaikan perintah itu kepada pelayan Kleinfelter!"

[Rosadel] "Kau!"

Rosadel berteriak, menunjuk jarinya ke Ellaroiden.

[Rosadel] "Apa yang kau bicarakan!? Kau yang melakukannya sendiri! Kaulah satu-satunya yang berbicara dengan budak itu!"

[Ellaroiden] "Apa kau pikir mereka akan peduli tentang itu!? Hari itu, kita berdua berbicara dengan Tuan Kleinfelter! Hanya itu yang mereka tahu!"

[Rosadel] "Ah…..tidak…."

Rosadel berlutut di tanah.

[Pelayan] "Oh, Tuan. Anda tidak bisa duduk di tempat sedingin ini."

Setia seperti dirinya, pelayan memegang Rosadel, mencoba membantunya berdiri kembali. Sementara itu, tubuh Rosadel terhuyung-huyung saat ia menggelengkan kepalanya.

[Rosadel] "Tidak... Aku tidak melakukan apa pun. Semuanya dilakukan oleh keluarga Kleinfelter dan keluarga Ellaroiden...."

Saat Rosadel duduk berlutut, Ellaroiden menatapnya, mendecakkan lidah hampir kaget.

[Ellaroiden] "Sungguh memalukan sebagai seorang tuan. Apa kau tidak malu dengan apa yang telah terjadi pada nama Rosadel?"

[Rosadel] "Aku tidak melakukan apa pun... Aku tidak melakukannya..."

[Ellaroiden] "Ha, ini—!"

Ellaroiden mendecakkan lidah, menghembuskan napas kasar. Ia tidak mengerti mengapa Rosadel begitu ketakutan, tetapi jelas ia tidak berguna sekarang.

[Ellaroiden] "Baiklah, aku akan pulang, tapi kau harus benar-benar sadar. Apa kau berharap bisa melindungi nama keluarga dengan tampilan menyedihkan seperti ini? Sekarang saatnya keenam keluarga bekerja sama."

[Rosadel] ". . ."

Rosadel tetap diam.

[Ellaroiden] "Aku akan kembali lagi. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kendalikan dirimu."

Ellaroiden berbalik. Saat ini, ia perlu memutuskan apakah harus bergerak, atau berpura-pura tidak tahu apa-apa dan mengamati situasi untuk saat ini.

[Ellaroiden] "Masih belum ada kabar tentang apa yang terjadi pada Putri Liene. Haruskah aku menempatkan seorang mata-mata di kastil…..?"

Namun, saat ia bergumam pada dirinya sendiri dan membuka pintu untuk pergi—

[Ellaroiden] "...? …..A, ah!"

Awalnya, ia kira matanya berbohong, tetapi tidak salah lagi. Begitu gerbang dibuka, hal pertama yang ia lihat adalah baju zirah hitam yang menakutkan.

[Ellaroiden] "T, Tiwakan….!"


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Donasi Pembelian Novel Raw untuk Diterjemahkan

Terima kasih banyak atas dukungannya 

bottom of page