A Barbaric Proposal Chapter 47
- 9 Jun
- 8 menit membaca
Diperbarui: 25 Agu
~Perjanjian Risebury~
Ciiit.
Pintu besi yang berkarat karena kelembapan udara menghasilkan suara derit mengerikan saat didorong.
Drap. Drap
Bahkan suara langkah kaki pun mencerminkan kelembapan penjara bawah tanah. Rambut hitam seorang pria berayun saat ia sedikit memiringkan kepala, melewati pintu besi yang sempit.
[Pria Tua] "..."
Sambil duduk di lantai, pria tua bersusah payah mengangkat kepalanya yang letih. Mata satu-satunya terbuka lebar dengan ekspresi terkejut.
[Pria Tua] "....!"
Saat itu juga, ia mengumpat, betapa sedikit yang bisa ia lihat hanya dengan satu mata.
Ia mendorong kursi, merendahkan tubuhnya ke lantai, menggeser tubuhnya kesakitan saat menyadari ketidaknyamanannya. Mencoba bangkit, ia berusaha melihat lebih jelas pria yang mendekatinya.
[Pria Tua] "Gai⦠Gainers⦠F... Fer⦠Fernand Gainersā¦"
Suara pria tua terbata-bata, mulutnya kesulitan menyebutkan sebuah nama.
[Black] "Jadi kau mengenaliku. Menarik. Penampilanku sama sekali tidak seperti dulu."
Pria tua yang baru saja akan berdiri, tidak mampu menahan kekuatan menindas dari Black, hingga kembali jatuh.
Sret, Sret.
Black mendekati pria tua, menarik kursi yang tidak diduduki dan merendahkan tubuhnya untuk melakukan kontak mata langsung.
[Black] "Tapi aku juga ingat wajahmu."
Kata-katanya yang pelan mengalir di udara, hening menakutkan di tengah kelembapan ruangan.
[Black] "Kardinal, Manau."
[Pria Tua] "...!"
Identitas Black bukan satu-satunya yang terbongkar. Pengemis tua ini juga memiliki nama yang dirahasiakan.
[Black] "Sudah berapa lama tubuhmu berubah menjadi seperti ini? Dua puluh tahun?"
[Pria Tua] "..."
Setelah keheningan menyelimuti pria tua yang pernah menjadi Kardinal Nauk, Black diam-diam menambahkan komentar lain.
[Black] "Tidak, mungkin lebih mendekati dua puluh satu."
Pria tua itu tidak tahan lagi, akhirnya mengangguk sebagai jawaban.
Dua puluh satu tahun lalu Black kehilangan keluarganya dan terpaksa meninggalkan Nauk.
Pada saat bersamaan, Kardinal Manau kehilangan satu mata, satu kaki, dan satu lengan. Belum lagi sang pelayan āKlimahā juga kehilangan ayah dan adik laki-laki yang berusia dua tahun lebih muda.
Semua adalah rahasia yang terjadi pada hari yang sama.
Manau, yang seluruh tubuhnya gemetar, tiba-tiba membenturkan kepalanya ke lantai.
Bamā!

Suara mengerikan bergema di seluruh penjara bawah tanah. Kepalanya robek dan darah mengalir deras dari lukanyaārambut Manau berantakan, basah oleh darah.
[Manau] "Bunuh aku. Bunuh aku, kumohonā¦"
Tiba-tiba, gagapnya hilang. Suaranya terdengar lantang dan jelas. Sangat mungkin gagap Manau adalah kepura-puraan untuk menyembunyikan suara.
[Black] āAkan sulit untuk membunuhmu."
Black menatap mantan Kardinal, sisa-sisa masa lalu yang sudah setengah hancur, menangis saat kepalanya terus berdarah.
Dan saat Black menatapnya, ia tidak menunjukkan emosi sama sekali.
Jika ini sepuluh tahun lalu, ia mungkin bisa merasakan sesuatu.
Tapi itu tidak mungkin. Seperti yang ia katakan pada Liene, ia melupakan sebagian besar perasaannya yang pernah muncul dua puluh satu tahun lalu.
Baginya, perasaan itu tak layak diingat. Di medan perang, saat hidup bisa berubah menjadi kematian dalam hitungan detik, ia belajar menemukan hal lain yang lebih penting daripada perasaan lama berumur dua puluh tahun.
[Black] "Putri Liene akan datang menemuimu. Katakan padanya apa yang kau ketahui."
[Manau] "ā¦..?"
Manau mengangkat kepalanya.
[Manau] "Apa maksudmu?ā¦"
[Black] "Persis seperti kedengarannya. Katakan padanya apa yang kau ketahui."
[Manau] "..."
Matanya gemetar seolah bertanya apakah Black serius dengan ucapannya.
[Black] "Kalian semua salah paham."
Black bicara perlahan, nadanya tidak menunjukkan sedikit pun emosi.
[Black] "Aku datang untuk mendapatkan Nauk, bukan menghancurkannya. Tapi tidak peduli berapa kali pun aku mengatakannya, Liene sepertinya tidak bisa memercayaiku, jadi aku mulai sedikit kesal."
[Manau] "Siapa yang akan memercayainya? Karena tidak mungkin. Pasti tidak mungkinā¦"
[Black] "Itulah mengapa aku tidak mengungkapkan nama."
[Manau] "...?"
[Black] "Jika melakukannya, sebagian besar orang akan memberikan respon sepertimu."
[Manau] "..."
Manau tetap diam, pikirannya terus-menerus memikirkan perkataan Black.
[Black] "Namaku adalah nama Tiwakan, dan itu sudah cukup. Sejauh yang kau tahu, itulah satu-satunya nama yang kau kenal dariku.
Black tidak membutuhkan siapa pun untuk mencari namanya dari masa lalu yang seharusnya dilupakan dan dikubur.
Tapi Manau sama sekali tidak memahaminya.
[Manau] "Melupakan⦠Mungkinkah?"
[Black] "Aku sudah melakukannya."
Ciiit.
Black berdiri, mendorong kursinya.
[Black] "Seingatku, kau tidak pernah menjadi orang cerdas, tapi kau berhasil menyembunyikan identitasmu selama dua puluh tahun terakhir, jadi aku yakin kepalamu masih berfungsi dengan baik. Apa yang kau katakan kepada Putri Liene akan menentukan nasib Nauk."
[Manau] "..."
Manau bisa merasakannya.
Sangat jelas apa yang akan terjadi pada Nauk jika nama Black terungkap. Demikian pula, mungkin akan berakhir serupa jika namanya sendiri juga terungkap.
Menyadari hal itu, Manau mengangguk seolah ada beban di pundaknya.
[Manau] "Baiklah."
[Black] "Jangan melampaui batas dengan menyebut nama yang kupakai saat aku meninggalkan Nauk."
[Manau] "Aku mengerti."
Mendengar jawabannya, Black berbalik tanpa mengatakan apa pun. Tepat saat langkah berat kakinya mendekat dan berhenti di pintu, Manau dengan cepat berteriak.
[Manau] "Tapi jangan bunuh dia!"
[Black] "....Siapa?"
Black menoleh sesaat.
[Manau] "Klimah. Ia mengubah namanya dan menjadi pelayan, tapi awalnya ia adalah putra pertama Henton."
[Black] "..."
Black tadinya acuh tak acuh dan pendiam sepanjang waktu, tapi saat mendengarnya, ekspresinya berubah.
[Klimah] "Ia dimanipulasi oleh Kleinfelter dan tangannya berlumuran darah⦠Tapi kau tidak boleh membunuhnya, putra Gainers."
[Black] "Aku akan mengurusnya sesuka hatiku."
Hanya mengucapkan sepatah kalimat, Black berbalik dan meninggalkan penjara bawah tanah.
Setelahnya, beberapa Prajurit Tiwakan masuk, memaksa Manau berdiri. Tapi jauh sebelum mereka datang, Manau hanya bisa menangis tanpa henti dengan wajah tersembunyi di balik tangan.
[Fermos] "Ah, Tuan pergi sendiri?"
Sepanjang waktu, Fermos sibuk menyisir catatan kerajaan di kantor Raja. Seperti yang ia janjikan, ia berencana mencari orang yang bertanggung jawab atas catatan yang hilang atas permintaan Liene.
Kemudian, ia mendapatkan penemuan menarik.
Sebenarnya, cukup mengejutkan Liene belum mengetahuinya, tapi meskipun Fermos tidak berniat melanggar janjinya, ia tetap ingin berhati-hati.
Jadi ia memutuskan untuk membicarakannya dengan Black terlebih dahulu sebelum Liene.
Tapi saat ia mencari Black, ia diberitahu kalau Black pergi mengunjungi pengemis tua sendirian.
[Fermos] "Hmm⦠Pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan empat mata dengannya⦠Tidak, aku seharusnya tidak menebak-nebak. Hanya⦠Oh, ya. Bagaimana pencarian pelayan itu? Sudahkah kalian menemukannya?"
[Prajurit] "Tidak. Ia sepertinya tahu jalan-jalan tikus, jadi kami kesulitan melacaknya."
[Fermos] "Dasar bodoh. Apa yang kalian lakukan selama ini? Sekarang, kalian seharusnya sudah mengenal tempat ini dengan baik."
[Prajurit] "Jangan terlalu marah pada kami. Semua orang melakukan apa yang mereka bisa, tapi sulit bersaing dengan seseorang yang tinggal di sini sepanjang hidupnya. Selain itu, ia mengenakan seragam Kuil. Warga yang tidak tahu apa yang terjadi mungkin bersedia menyembunyikannya."
[Fermos] "Sialan. Ini akan memakan banyak waktu."
[Prajurit] "Ya. Haruskah kita memberikan hadiah bagi yang bisa menangkapnya?"
[Fermos] "Kita tidak bisa melakukannya. Seperti yang kau katakan, ia orang Kuil. Memperlakukan orang rohaniwan seperti itu di depan umum hanya akan mencoreng nama Lord Tiwakan."
Prajurit itu menghela napas kesal.
[Prajurit] "Selama kami di sini, sepertinya selalu ada saja yang salah."
[Fermos] "Tak bisa dihindari. Dari ujung hidung, pemimpin prajurit bayaran dan anggota keluarga kerajaan sangat berbeda⦠Hm?"
[Prajurit] "ā¦..Tuan?"
Fermos, yang kata-katanya sempat terhenti, menoleh kembali seolah tidak terjadi apa-apa.
[Fermos] "Bukan apa-apa. Tangkap saja ia secepatnya."
[Prajurit] "Kami akan berlari sampai sol sepatu kami benar-benar usang."
[Fermos] "Tolong lakukan."
Dengan isyarat tangan, Fermos menyuruh prajurit itu pergi.
[Fermos] "Keluarga kerajaanā¦"
Matanya yang penuh fokus menembus udara, mendarat pada catatan kerajaan yang lebih tua.
[Fermos] "Tepatnya, hanya catatan sebelum penobatan yang hilang. Dan Tuan pernah berkata kalau Nauk pada awalnya adalah miliknya."
Jari Fermos mengetuk halaman tempat Liene mengatakan beberapa catatan menghilang.
[Fermos] "Masuk akal. Catatan yang hilang pasti ada hubungannya dengan Tuan. Putri Liene belum melihatnya, tapi... haruskah aku memberitahunya? Tuan tidak ingin itu diketahui. Apa yang harus kulakukan�"
Saat Fermos bergumam pada diri sendiri, gelombang pikiran rumit membasahi ekspresinya.
[Liene] "Ah⦠Aku tidak tahan lagi."
Mustahil baginya untuk berpura-pura berbaring di ranjang selamanya. Bahkan, berbaring seperti ini justru membuat punggungnya lebih sakit, jadi Liene akhirnya menggulingkan diri dari selimut, menarik tubuhnya.
Nyonya Flambard, yang baru saja selesai merebus dan menyetrika seprai katun, memasukkannya ke dalam lemari dan terlonjak begitu ia melihat Liene.
[Ny. Flambard] "Putri! Bukankah ada penjaga di luar?"
[Liene] "Tidak apa-apa. Mereka tidak akan menyadari apa pun kecuali kau berbicara terlalu keras."
Nyonya Flambard melirik pintu yang tertutup rapat dengan ekspresi tidak yakin.
[Ny. Flambard] "Saya akan hati-hati, tapi bukankah perut Anda sakit?"
[Liene] "Rasanya lebih baik dari biasanya. Obat yang kuterima pasti bekerja."
[Ny. Flambard] "Apakah Anda tahu obat jenis apa itu?"
[Liene] "Aku merasa sangat lelah setelah meminumnya, jadi pasti semacam obat penenang. Aku sudah berbaring di ranjang tidak melakukan apa-apa sejak pagi karenanya. Aku bahkan tidak tahu sekarang sudah jam berapa."
[Ny. Flambard] "...Lord Tiwakan sangat baik. Lihat betapa banyak berat badan Anda yang hilang karena sering kesakitan saat demam bulanan."
[Liene] "Nyonya, Aku sudah lebih kuat dari sebelumnya."
Meskipun, kadang-kadang setiap kali lengan bajunya melorot, ia sekilas melihat pergelangan tangannya yang kurus yang hanya terlihat semakin kurus, tapi Liene mengabaikannya.
[Ny. Flambard] "Mengingat semua yang terjadi, akan lebih aneh jika Anda tidak kehilangan berat badan... Tapi, apa yang akan Anda lakukan sekarang? Kejadian hari ini hanya mempersulit untuk mengungkapkan kebenaran tentang kehamilan Anda."
[Liene] "...Nyonya benar."
Liene baru saja memikirkan hal yang sama. Ia sudah banyak menipu Black, tapi jika Black mengetahuinya nanti, ia akan merasa lebih dikhianati.
[Liene] "Mungkin yang terbaik adalah tetap diam."
Suara Liene menjadi pelan, seolah ia sedang merenungkan sesuatu.
[Ny. Flambard] "Anda tidak tahu itu, Putri."
[Liene] "Tapi Anda juga bersamaku, Nyonya. Jika ia marah, bukan hanya aku yang akan menanggung akibatnya."
[Ny. Flambard] "Yah... Apa pun yang terjadi, apa yang bisa kita lakukan? Tapi saya merasa kasihan pada Anda, Putri⦠Dan juga padanya."
[Liene] "..."
Ketika Liene tidak membalas, Nyonya Flambard terus berbicara, mengawasinya dengan hati-hati.
[Ny. Flambard] "Ia tidak terlihat cukup kejam untuk menyakiti Anda. Tidak ada pria di dunia ini yang akan membicarakan anak pria lain sepertinya, Putri."
[Liene] "Aku tahu."
[Ny. Flambard] "Jadi kenapa..."
[Liene] "Tapi karena itulah aku takut."
[Ny. Flambard] "Anda⦠apa? Apa maksudnya?"
[Liene] "Apa yang ia dapatkan dengan melakukan semua ini?"
[Ny. Flambard] "Putri..."
Wanita itu mengedipkan mata tanpa tujuan, seolah ucapan Liene belum pernah ia pertimbangkan.
[Liene] "Jika kebohongan ini terus menumpuk dan aku membuka diri padanya, aku khawatir apa yang akan ia lakukan nanti."
[Ny. Flambard] "Bagaimana⦠bisa Anda memikirkan hal seburuk itu?"
[Liene] "Bagaimana bisa tidak? Kau melihatnya sendiri. Kau melihat bawahan pria itu menghancurkan nama yang tertulis di tanah."
[Ny. Flambard] "Ya... tapi mungkin saja Tuan Fermos melakukannya atas inisiatif sendiri. Atau mungkin mata tua saya salah melihat."
[Liene] "..."
Liene tersenyum tanpa suara.
Entah mengapa, wanita itu menggemakan hal yang sama yang diteriakkan hatinya.
Ia ingin percaya bahwa kecurigaannya tidak berdasar. Ia ingin percaya bahwa Black tidak melakukan kesalahan, dan bahwa ia tidak bisa memercayainya hanya karena ia telah terpojok begitu lama.
[Liene] "Pria tua itu akan memberitahuku apa yang ingin kuketahui."
[Ny. Flambard] "Dan saya harap ia tidak mengkonfirmasi ketakutan Anda, Putri."
Begitu pun aku.
Lebih dari segalanya.
Bum, bumā!
Kemudian, ia mendengar ketukan di pintu.
[Prajurit] "Putri, ada seseorang di sini ingin bertemu dengan Anda."
Ketukan yang keras dan jelas adalah kebiasaan Prajurit Tiwakan. Terkejut, Liene tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya.
[Liene] "Tolong buka pintu, ya. Aku akan berpura-pura sedang berbaring."
[Ny. Flambard] "Tentu saja. Silakan."
Tapi tidak perlu berbaring.
Orang yang datang menemui Liene bukanlah orang yang bisa disambut sambil terbaring di ranjang.
[Liene] "Saya mohon pengertian Anda mengapa kita harus bertemu di ruang audiensi daripada di aula pertemuan. Saya sedang tidak enak badan."
[Ellaroiden] "Kami sepenuhnya mengerti. Mereka mengatakan Anda sedang mengandung anak monster di dalam tubuh Anda yang lemah. Wajar saja Anda merasa sakit."
[Liene] "..."
Meskipun ia mencoba tetap tenang, wajah Liene berubah begitu cepat hingga bisa menghasilkan suara.
Beginilah mereka semua.
Orang yang datang menemuinya hari ini adalah dua dari enam keluarga yang menandatangani Perjanjian Risebury. Keenam keluarga itu memiliki keunikan tersendiri, tetapi pada akhirnya, mereka tidak berbeda dengan Kleinfelter.
[Liene] "Sepertinya cara bicara kotor seperti itu adalah kebaikan dari ketua delegasi yang tidak kuketahui. Atau inikah caramu menghormati Lyndon Kleinfelter?"
[Ellaroiden] "A-apa yang kau katakan?"
Kepala Keluarga Ellaroiden meninggikan suaranya.
[Ellaroiden] "Dari mana kau belajar bicara seperti ituā¦!"
Peristiwa itu terjadi beberapa tahun lalu saat rapat bangsawan yang diadakan di Nauk.
Liene baru saja dinobatkan dan sedang duduk di singgasana. Tiba-tiba memiliki banyak tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, Liene tampak ketakutan dan menarik diri.
Hanya menatap langsung keenam bangsawan, yang semuanya percaya posisi Liene seharusnya menjadi milik mereka, sangat sulit baginya. Liene yang mereka ingat adalah seorang gadis muda yang nyaris tidak bisa menahan air mata saat berbicara dengan suara gemetar. Seorang gadis yang mengatakan ia akan melindungi mahkotanya.
Jadi sulit bagi mereka menerima Liene yang sekarang, yang duduk di kepala meja, dengan santai membalas perkataan mereka.
[Liene] "Apa pun yang kau lakukan, aku akan membalasnya, jadi pikirkan baik-baik siapa yang kau bicarakan dengan mulutmu."
[Ellaroiden] "Kauā¦! Hanya dalam beberapa tahunā!"
Ellaroiden melebarkan matanya, tapi ia bukan ancaman bagi Liene.
[Prajurit] "Putri. Anda memanggil?"
Karena selalu ada Prajurit Tiwakan di sekitar yang siap dengan pedang terhunus begitu ada sedikit keributan.
Komentar