;
top of page

A Barbaric Proposal Chapter 4

  • 19 Mei
  • 7 menit membaca

Diperbarui: 25 Agu

~Rencana Malam Pertama~

"......Apa?" Nyonya Flambard begitu terkejut hingga melepaskan tali yang sedang ditariknya. Rok dalam Liene terlepas dengan gemerisik, jatuh ke lantai.

[Liene] "Berapa lama sampai tanda kehamilan biasanya mulai terlihat?"

[Nyonya Flambard] "I-itu… maksud saya…" 

Tiba-tiba pasukan penjaga berlari dan menggedor pintu. Brak! Brak!

[Penjaga] "Memberi tahu Yang Mulia. Lord Tiwakan telah tiba di depan gerbang kastil. Tuan Weroz menunggu izin untuk membuka gerbang."

Raut wajah Nyonya Flambard dan Liene, yang kini hanya berbalut pakaian dalam, berubah. Setelah saling pandang dengan pengasuhnya, Liene perlahan berkata, "......Bukakan gerbang untuknya, dan katakan aku akan segera datang."

Nyonya Flambard buru-buru membantu Liene berpakan. Meskipun Nyonya Flambard sendiri yang mengatakan untuk tidak terlihat terlalu cantik, namun Liene, dalam balutan pakaian yang indah, sayangnya terlihat sangat memukau. Wajahnya yang pucat berpadu dengan lehernya yang ramping, menciptakan kesan rapuh bagai bunga yang bisa patah kapan saja.

[Liene] "......"

Enam peti mati diletakkan di halaman depan bangunan utama. Setelah enam bunyi gedebuk saat peti mati menyentuh tanah, yang ada hanyalah keheningan. Liene lupa akan sambutan selamat datang dan hanya menatap kosong pada peti yang tertutup. Keenam peti tampak sama, tidak tahu peti mana yang berisi jenazah kekasihnya.

"Kami telah membawa jenazah tanpa kerusakan, sesuai permintaan Anda," kata pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Fermos, dengan alat menarik di wajahnya. "Ini hadiah kecil untuk Putri Nauk yang telah menerima lamaran."

[Liene] "......Terima kasih."

Hadiah pertama dari tunangannya adalah jenazah. Sungguh mengerikan. 

Saat Liene mengangguk sebagai tanda penerimaan hadiah, Black melangkah maju. Tatapannya langsung tertuju pada wajahnya yang tanpa riasan. Kulitnya terasa tergelitik.

[Liene] "Terima kasih telah mengabulkan permintaan yang tidak masuk akal. ......Dan juga, untuk peti-petinya."

Tidaklah umum bagi jenazah yang tewas dalam serangan mendadak untuk kembali dalam keadaan utuh. Apalagi dikembalikan dengan hormat dalam peti mati. Orang-orang biadab itu tampaknya berusaha menjaga kehormatan mereka sebagai pihak yang melamar. Liene berada dalam posisi di mana dia harus berterima kasih untuk hal itu. 

Lord Tiwakan melangkah lebih dekat. Liene dengan susah payah menahan diri untuk tidak mundur. Pada jarak sedekat ini, tatapannya terasa seperti menempel dan meraba kulitnya.

[Black] "Satu hari telah berlalu."

Dia mengucapkannya seolah satu hari adalah waktu yang panjang, kepada seseorang yang kekasihnya baru saja meninggal.

[Black] "Sekarang aku ingin membicarakan tentang pernikahan."

[Liene] "......"

Enam peti mati yang mungkin berisi jenazah kekasihnya adalah hadiah, sekaligus ancaman. Jangan sampai lupa karena diliputi kesedihan akan lamaran yang telah ia terima. 

Tempat pertemuan dipindahkan. Ruang kerja terlalu sempit, dan aula utama terlalu luas. Akhirnya, tempat yang dipilih adalah ruang audiensi dengan meja besar. Dulunya, tempat itu adalah ruangan di mana keluarga-keluarga terkemuka di Nauk datang setiap hari untuk berdiskusi dengan raja, tetapi tradisi itu sudah lama hilang. 

Di ruangan yang terasa agak suram, kedua belah pihak duduk berhadapan. Di pihak Liene, hanya ada Weroz dan Mashilow. Untungnya, jumlah pihak lawan juga tidak banyak, sehingga tercipta gambaran yang kurang lebih seimbang. Namun, di dalam hati, Liene tidak merasakan hal itu sedikit pun. Bahkan jika pemimpin Tiwakan sendirian di tempat ini, Liene tetap harus berjuang melawan perasaan terintimidasi yang tak henti-hentinya.

"Saya rasa kita sepakat bahwa menunda pernikahan tidak akan menguntungkan kedua belah pihak," Fermos memulai pembicaraan. Kini, di Nauk pun diketahui bahwa dia adalah tangan kanan dan ahli strategi Black, yang secara de facto adalah orang kedua di Tiwakan.

"Sebentar lagi musim dingin akan tiba, bahkan di selatan. Sebelum salju turun, Tiwakan ingin meninggalkan perkemahan dan mencari tempat berlindung di bawah atap. Dan Yang Mulia Putri..." Fermos berhenti sejenak. Senyum penuh arti di bibirnya terasa tidak biasa.

[Fermos] "...Jika Anda ingin anak yang akan lahir mendapatkan pembaptisan, Anda juga harus segera menikah."

[Mashilow] "A-apa... apa katamu?" Mashilow berdiri dengan tiba-tiba.

[Mashilow] "A-anak... itu... maksudnya apa...? Yang Mulia, anak siapa yang...?"

Saat dia tergagap kebingungan, suara dari kedua belah pihak terdengar bersamaan.

[Liene] "Anakku."

[Black] "Itu anakku."

Liene dan Black berbicara bersamaan, mengatakan hal yang sama namun berbeda. Kali ini, Liene yang kebingungan menatap Black. Dia bertanya-tanya apa yang sedang dibicarakan pria itu. Black balas menatap Liene tanpa sedikit pun kebingungan.

"Anak yang akan Tuan Putri lahirkan akan tumbuh besar mengenalku sebagai ayahnya, karena kita akan menikah." Jika kehamilan itu diizinkan, itulah solusi paling masuk akal.

"Ah, maksud Tuan seperti itu..."

"Aku tidak keberatan jika nama keluarga sang anak adalah Arsak."

Mashilow menatap Liene dengan mata melotot. Meskipun ada perbedaan pendapat, dia adalah politikus berpengalaman yang telah lama menjabat sebagai penasihat. Dia tahu bahwa Liene tidak pernah mengizinkan kekasihnya untuk berbagi ranjang dengannya. Oleh karenanya, Mashilow pasti menyadari bahwa perkataan Liene tentang mengandung anak adalah kebohongan untuk menolak lamaran. 

Namun, ekspresinya seolah menegur Liene karena melakukan tindakan yang terlalu gegabah. 

...Aku juga tahu. Liene setuju. Hanya saja, air sudah tumpah. Tidak mungkin baginya untuk sekarang mengatakan bahwa kehamilannya adalah kebohongan. Jadi, dia harus berbohong lagi dengan mengatakan bahwa dia keguguran pada waktu yang tepat seperti yang dia pikirkan dari awal, atau dia harus hamil secepat mungkin. 

Tapi... Liene menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan ekspresinya dan menggigit bibirnya erat-erat. 

Artinya... dia harus berbagi ranjang dengan orang barbar ini secepat mungkin. Tidak bisa. Dia akan menyadarinya. 

Karena dia telah menerima lamaran, tentu saja tidak ada masalah dengan berbagi ranjang. Jika mereka menikah, meskipun Liene tidak menyukainya, dia tidak bisa menghindar berbagi ranjang selamanya. 

Namun, ada masalah lain. Liene tanpa sadar menutup matanya rapat-rapat. Dia akan menyadari bahwa aku tidak berpengalaman. Jadi, mustahil aku hamil. Apa yang akan terjadi saat itu?

Sudah terlalu banyak desas-desus tentang kebiadaban Tiwakan. Imajinasi mengerikan yang tak terlukiskan membuat perutnya mual.

[Fermos] "Jika Anda mengizinkan, saya akan menambahkan sesuatu. Hak kekuasaan atas anak yang Anda lahirkan akan dijamin atas nama Lord Tiwakan. Jika Anda mau, kita bisa mencatatnya dalam perjanjian pernikahan." Penasihat Tiwakan itu sangat teliti. Sepertinya dia sudah menyiapkan segalanya.

[Fermos] "Kehamilan akan sulit disembunyikan dalam satu atau dua bulan, jadi pernikahan harus dilangsungkan paling lambat dalam setengah bulan."

[Mashilow] "Setengah bulan! Itu terlalu cepat!" Mashilow berdiri untuk kedua kalinya dan berteriak. "Dalam setengah bulan, bahkan gaun pengantin pun sulit diselesaikan!"

[Black] "...Duduk." Suara rendah dan jelas menghentikan jari telunjuk Mashilow yang mengacung.

"......" Mashilow yang terkejut menatap Black, yang menyuruhnya duduk. Membuat kerutan iris dan pupilnya menonjol. Mashilow dengan ragu-ragu duduk. Wajah penasihat kerajaan yang anggun dan berusia lanjut tampak pucat.

[Black] "Gaun pengantin akan kusiapkan. Jika persiapan pernikahan terlalu memberatkan, Tuan Putri tidak perlu melakukan apa pun. Jika ada alasan lain mengapa Anda ingin menunda pernikahan..." 

Black berhenti sejenak. Ada jeda, tetapi tidak ada yang berani membuka mulut. Lord Tiwakan memiliki kekuatan untuk memaksa orang mendengarkan apa pun yang dia katakan. Semua orang menahan napas, menunggu kata-katanya berlanjut. 

Black menatap Liene dan perlahan melanjutkan perkataannya.

[Black] "Sudah saatnya kau katakan yang sejujurnya" 

Kali ini, raut wajah Liene menjadi pucat.

Bagaimanapun, tidak ada alasan yang tepat selain Liene tidak mau menikah. Hanya melihatnya saja sudah membuat bulu kuduk merinding. Bisakah dia menikah dan berbagi ranjang dengan pria sepertinya? Apalagi sambil berbohong bahwa dia mengandung anak pria lain? Berpura-pura berpengalaman. Berpura-pura tidak merasakan sakit yang seharusnya dia rasakan untuk pertama kali. 

...Aku tidak akan bisa melakukannya. Kebohongan seperti ini.

"Yang Mulia..." Weroz, yang diam saja selama ini, memanggil Liene dengan suara pelan. 

Liene menyadari bahwa dia telah mengepalkan tangan di bawah meja dan menutup mata. Sudah waktunya untuk menjawab.

[Liene] "Aku butuh... waktu untuk mempersiapkan diri."

[Black] "Setengah bulan tidak cukup?" 

Setahun pun tidak akan cukup.

"Bukan hanya gaun pengantin yang jadi masalah. Aku yakin Lord Tiwakan sudah tahu betul keadaan Nauk. Dalam setengah bulan, kami tidak bisa mengumpulkan sumber daya untuk melangsungkan upacara pernikahan." 

Perkataan Liene tidak sepenuhnya bohong. Uang adalah masalah terbesar bagi Nauk. Itu sebabnya bahkan pemakaman kekasihnya pun terasa mewah.

[Black] "Apakah uang masalahnya?"

[Liene] "...Dengan memalukan, ya."

[Black] "Bukan alasan lain?" 

Liene menggigit bibirnya sedikit lalu menjawab. "Ya."

Black menoleh ke arah bawahannya. 

Fermos, yang memahami maksudnya, membuka tutup peti ia bawa dan mengeluarkan sesuatu. Yang dia keluarkan adalah gulungan kertas. Bukannya menyerahkan kertas itu, Fermos mendorong peti ke arah Mashilow.

"Ini adalah hadiah pertunangan. Mungkin ini lebih terasa seperti hadiah daripada enam peti mati." 

Peti yang tidak bisa dibilang kecil itu penuh berisi emas.


Terjemahan Novel A Barbaric Proposal Bahasa Indonesia Chapter 4

Mashilow terlalu terkejut untuk menyentuh peti dan menatap Liene. "Yang Mulia..." 

Liene pun sama terkejutnya. Sementara itu, Fermos membuka gulungan kertas dan memutarnya agar terlihat jelas.

[Fermos] "Surat ini memerlukan persetujuan Tuan Putri. Setelah pernikahan Anda berdua, Tiwakan akan memiliki nama baru sebagai Pasukan Kstaria Pelindung Keluarga Arsak." 

Tiwakan memiliki pasukan sepuluh kali lipat dari yang tersisa di Nauk saat ini.

"Apa katamu?" Liene bereaksi tajam terhadap keberuntungan yang tidak terduga itu. Hal yang terlalu baik sulit untuk dipercaya  karena pasti selalu ada harganya. 

[Liene] "Maksudmu seluruh Pasukan Bayaran Tiwakan akan dipekerjakan oleh Keluarga Arsak? Kau tahu itu bukan masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan emas yang kau berikan itu."

Fermos berbicara tanpa ragu, seolah dia sudah tahu apa yang akan dikatakan Liene. "Biaya untuk menjadikan Tiwakan sebagai Ksatria Pengawal akan ditanggung oleh Lord Tiwakan, yang akan menjadi penguasa Nauk melalui pernikahan ini."

"Ya...?" Liene tanpa sadar menoleh ke arah Black. 

Sedari tadi ia selalu menghindari tatapan Black. Saat mata mereka bertemu, tatapannya menangkap mata Liene. Untuk sesaat, dia merasa seperti dikutuk untuk tidak bisa menggerakkan matanya sendiri.

[Liene] "Apa aku bisa mempercayainya?" 

Pasukan bayaran adalah kelompok yang berperang untuk orang lain. Tentu saja mempekerjakan mereka membutuhkan biaya yang sangat besar. 

Hanya dengan nama Tiwakan saja, Nauk akan menjadi benteng terkuat di antara lima kerajaan di selatan, tetapi ini terlalu berlebihan. Menggunakan Tiwakan hanya sebagai pasukan penjaga, terlepas dari perhitungan untung rugi, sama sekali tidak masuk akal.

"Tidak ada alasan untuk berbohong kepada tunanganku," jawab Black.

[Liene] "Tapi... Nauk tidak memiliki kemampuan untuk memelihara pasukan sebesar itu, dan juga tidak membutuhkannya. Tidak ada yang akan mengincar tanah yang tandus dan miskin ini sehingga memerlukan pasukan tambahan."

[Black] "Bukankah Komandan Ksatria Arsak juga menginginkan Nauk?"

[Liene] "......Apa?" 

Bibir Liene terbuka karena kebingungan. Tatapan Black tertuju pada bibirnya yang terbuka. Tatapan yang melilit bibirnya dengan gigih sekilas terlihat seperti keserakahan.

[Black] "Baik sang putri maupun tanah ini—akan selalu ada yang menginginkannya."

"......" Saat Liene terdiam sejenak, Fermos dengan cepat menambahkan penutup, sebelum ada kata-kata lain terucap.

[Fermos] "Kalau begitu, karena tidak ada masalah, kami akan menganggap Nauk setuju. Pernikahan akan dilangsungkan setengah bulan lagi. Pengumuman harus dibuat paling lambat sebelum matahari terbenam besok. Kami berharap Komandan Pengawal Nauk yang akan mengurusnya. Dan saya juga ingin melihat sendiri kediaman yang digunakan oleh para ksatria."

Orang-orang biadab ini sangat teliti. Mereka memasang jebakan yang tidak bisa diloloskan oleh pihak Liene pada tempat yang tepat, dan dilakukan dengan sangat cepat.

[Fermos] "Waktu kita mendesak, jadi kita harus bergerak secepat mungkin. Memindahkan dan menempatkan pasukan saja akan butuh dua hari penuh. Upacara penobatan ksatria sepertinya harus ditunda setelah pernikahan." Fermos tersenyum licik, mengingatkan Liene akan hal-hal yang akan terjadi. 

Saat itulah momen ketika satu kata, 'pernikahan', terasa begitu nyata.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Donasi Pembelian Novel Raw untuk Diterjemahkan

Terima kasih banyak atas dukungannya 

bottom of page