;
top of page

Bastian Chapter 62

  • 15 Agu
  • 7 menit membaca

Diperbarui: 19 Agu

~ Merah dan Biru ~

Kedatangan misi diplomatik Belov di Kementerian Angkatan Laut yang tidak terduga mengejutkan semua orang. Awalnya, rencana mereka langsung menuju istana terpisah setelah pidato peringatan di Majelis Nasional. Namun, ketertarikan intens Pangeran Mahkota pada Kementerian Angkatan Laut yang berada di dekat sana memicu perubahan rencana mendadak.

Karena kaisar sudah memberikan izin, tidak ada pilihan selain mengabulkannya. Akibatnya, Kementerian Angkatan Laut terpaksa menyatakan keadaan darurat yang setara dengan skenario masa perang.

Saat persiapan untuk tamu negara akhirnya selesai, mobil seremonial yang membawa Pangeran Mahkota Belov tiba di gedung markas. Setelah bertukar salam dengan para jenderal berpangkat tinggi, Pangeran Mahkota Belov mendekati Bastian, menyapanya dengan sopan.

"Halo, Kapten Klauswitz."

Bastian berdiri tegak dan bangga saat ia mengulurkan lengan dalam posisi hormat, mengakui kehadiran Pangeran Mahkota Belov. Tanpa ragu, ia menyapa Sang Pangeran dengan jabat tangan formal, ketenangannya tidak goyah meskipun pertemuan itu tidak terduga.

"Yang Mulia, suatu kehormatan bisa bertemu Anda," kata Bastian dengan membungkuk dalam penuh hormat.

Sapaan Pangeran Mahkota kepada Kapten Klauswitz tidak biasa hangatnya untuk seorang tamu negara dan seorang perwira, tetapi tidak ada yang menganggapnya aneh. Niat Pangeran Mahkota memimpin delegasi ke Berg bukanlah rahasia, dan semua orang tahu apa yang ia inginkan. Untuk memperkuat hal ini, Kepala Staf, setelah mengetahui kunjungan mendadak itu, segera menginstruksikan agar Kapten Klauswitz dimasukkan ke dalam delegasi. Isyarat sambutan dan hadiah untuk Pangeran Mahkota dari negara sekutu yang bersahabat.

"Saya tahu reputasi Anda sebagai pahlawan yang memimpin kemenangan dalam Pertempuran Trosa. Upaya Anda membantu pihak kami menguasai Laut Utara, membuat Anda juga menjadi pahlawan untuk Belov," ungkap Pangeran Mahkota dengan senyum masam, menunjukkan kepuasannya dengan hadiah sambutan itu. Namun, tatapannya terhadap Bastian menunjukkan kewaspadaan yang tidak bisa disembunyikan.

Meskipun secara resmi tidak mempermasalahkan skandal tunangannya, Pangeran Mahkota Belov tampaknya masih memiliki keraguan yang belum terselesaikan.

"Saya menghargai pujian itu, tetapi sepertinya sedikit berlebihan. Namun, seluruh skuadron angkatan laut Berg lah yang memenangkannya," Bastian melanjutkan diskusi dengan rendah hati. Setelah beberapa kata pujian formal lainnya, sang Pangeran Mahkota mengungkapkan tujuan sebenarnya saat ia berbicara tentang perang.

"Saya bertunangan dengan Putri Isabelle, dan Anda menikahi sepupunya."

Tiba-tiba Pangeran Mahkota mengangkat topik pernikahan Bastian dan pengaturannya.

"Benar, Yang Mulia," jawab Bastian.

"Saya diberitahu bahwa keluarga kekaisaran secara langsung mengatur pernikahan Anda. Kaisar Berg, yang menjunjung tinggi tradisi, memberikan anak saudarinya kepada seorang perwira tanpa gelar. Tampaknya Kapten Klauswitz sangat dihormati oleh Kaisar." Kilatan tajam di mata Pangeran Mahkota menyiratkan kecurigaan yang jelas, tetapi Bastian tetap tidak gentar.

"Itu hadiah untuk prajurit yang telah membuktikan nilainya di medan perang, tetapi saya melihatnya lebih sebagai bagian dari pemerintahan bangsawan yang mencakup transformasi cepat di era ini. Karena Kaisar bertanggung jawab atas pernikahan saya dengan seorang wanita bangsawan, saya berutang budi kepada kekaisaran dan keluarga kerajaan dengan menjadi lebih setia kepada mereka," kata Bastian.

"Kapten memang cukup sederhana," komentar seseorang dalam kelompok itu.

"Saya berterima kasih atas kata-kata baik Anda. Mengenai istri saya, dia tidak hanya cantik tetapi juga bijaksana. Saya menganggap diri saya beruntung memilikinya sebagai cinta dalam hidup saya, dan saya tidak memiliki keinginan untuk mencari orang yang lain." Kata-kata Bastian meredakan ketegangan di ruangan dan para jenderal serta perwira yang lega tergambar jelas di wajah mereka. Namun, tidak ada yang lebih bahagia dari Laksamana Demel, yang telah mendorong ide cinta sejati seumur hidup untuk Bastian.

"Apakah kita akan memiliki kesempatan untuk bertemu dan menyapa secara langsung di festival angkatan laut? Karena saya semakin penasaran tentang Nyonya Klauswitz," kata Pangeran Mahkota.

"Tentu saja, Yang Mulia. Istri saya akan menemani saya di acara itu," kata Bastian.

Pangeran Mahkota Belov melewati Bastian setelah salam sopan, mengungkapkan antisipasinya untuk festival angkatan laut. Delegasi pergi setelah inspeksi formal di Kementerian Angkatan Laut, yang Bastian tahu adalah cara Pangeran Mahkota mencoba mengidentifikasi orang yang terlibat dalam skandal Putri Isabelle.

Saat badai berlalu, Bastian makan siang yang terlambat di ruang makan sementara para perwira lainnya menggerutu.

Dan sekarang setelah ia kembali ke kantor dan menyelesaikan dokumennya, sudah hampir waktunya untuk latihan.

Bastian berganti pakaian olahraga, berlari beberapa putaran di sekitar taman Kementerian Angkatan Laut sebagai pemanasan, dan kemudian menuju gym. Ketika ia selesai dengan lompat tali dan mulai mengangkat barbel, ia bertemu dengan Erich Faber.

"Apakah Pangeran Belov berbicara denganmu? Apakah ia langsung membicarakan skandal Putri Isabelle?" Erich mendekati Bastian dengan tergesa-gesa dan bertanya.

Bastian, bagaimanapun, memilih untuk mengabaikan pertanyaan itu dan berkonsentrasi pada latihannya. Setelah cedera, ia masih bisa mengangkat beban yang sama seperti sebelumnya. Pada titik ini, masuk akal berasumsi kalau kesehatannya telah pulih sepenuhnya.

"Aku tidak berpikir kau akan memberitahuku," gerutu Erich, tetapi tetap di tempatnya. "Oh, tentang penugasan di luar negeri yang kau minati, kurasa mungkin bisa dilakukan bulan depan. Bagaimana menurutmu?"

Saat Bastian berolahraga, Erich, yang sedang melakukan senam, tiba-tiba mengangkat topik itu. Tepat saat Bastian menyelesaikan setnya dan meletakkan barbel, ia berbalik menghadap Erich. "Kapan bulan depan?"

ā€œAcara itu akan diadakan di akhir pekan terakhir bulan ini. Kau seharusnya bisa langsung pergi begitu menyerahkan formulir pendaftaran karena tes kelayakan sudah selesai, dan itu akan langsung berlaku. Sepertinya mereka akan mengizinkanmu pergi setelah acara, sesuai janji mereka.ā€

"Apa kau yakin?" tanya Bastian.

"Laksamana Demel menandatanganinya. Aku tidak ragu tentang itu." Erich mengangguk tegas menanggapi pertanyaannya.

Saat Bastian memandang sinar matahari hangat yang masuk melalui jendela, ia mengusap dahi dengan handuk yang telah diletakkan di ujung kursi.

Bagian dari Kementerian Angkatan Laut yang bertanggung jawab atas personel adalah tanggung jawab Erich. Setidaknya dalam hal-hal seperti ini, ia adalah sumber informasi yang dapat dipercaya.

"Apa kau serius akan melakukannya? Para atasanmu akan lebih menghargai jika kau bekerja lebih lama di markas besar. Bagiku, posisi di markas jauh lebih bergengsi. Banyak orang iri karena tidak bisa mendapatkannya. Melepaskannya akan menjadi kerugian besar."

"Jika aku tidak pergi bulan depan, kapan lagi kira-kira giliranku akan datang?" balas Bastian.

"Aku belum tahu tanggal pastinya, tapi mungkin sekitar setahun lagi," jawab Erich sambil mengakhiri gerakan senam pura-puranya dan melipat tangan dengan santai.

Bastian melemparkan handuk basah ke dalam keranjang lalu menatap jam di dinding gym. Waktu menunjukkan pukul 4:00 sore. Sudah waktunya dr. Kramer datang ke Arden.

Odette jatuh sakit setelah menghabiskan waktu di tengah hujan yang dingin. Kondisinya demam tinggi dan seluruh tubuhnya terasa nyeri. dr. Kramer menyatakan bahwa kelemahan fisik Odette lah yang menyebabkan gejalanya begitu parah. Bastian merasa tidak nyaman saat membaca catatan yang ditinggalkan dr. Kramer.

Fisik Odette hampir sama lemahnya seperti saat ia berurusan dengan masalah keluarganya. Ia masih sangat pucat dan rapuh. Tidak masuk akal jika Odette tidak membaik, padahal ia sudah hidup dalam kenyamanan yang mewah dibandingkan saat ia terbaring di tempat tidur. Sama sekali tidak masuk akal.

Mungkin tidak ada masalah medis sama sekali.

Rasa penasaran yang tak terduga muncul di benak Bastian semalam. Demam Odette tidak kunjung reda, meskipun ia sudah menerima suntikan dan obat-obatan. Karena istrinya sakit, Bastian juga mengalami malam yang gelisah. Itulah mengapa ia menjadwalkan janji temu tambahan dengan dr. Kramer. Ia tidak bisa mengerti bagaimana rasanya tidak enak badan bisa sangat menyakitkan.

"Apa kau akan menundanya?" tanya Erich penasaran. "Atau kau tetap akan pergi?"

Iritasi Erich meningkat seiring keheningan yang berlangsung lebih lama. Bastian bangkit dan pergi untuk mandi, kali ini hanya meninggalkan senyum misterius di wajahnya.

"Dasar kau bajingan sial," teriak Erich, suaranya menggema di gym.

"Kondisi Nyonya sudah jauh lebih baik sejak pagi ini." Setelah salam singkat, Lovis langsung ke inti permasalahan. Bastian melirik sekilas ke pintu sebelum masuk.

"Sekarang demamnya sudah mereda, pembengkakan amandelnya juga seharusnya akan berkurang. Nyonya juga sudah makan sedikit," lapor Lovis.

"Apa kata dr. Kramer?" tanya Bastian saat mencapai puncak anak tangga terakhir menuju lantai tiga.

"Beliau mengatakan bahwa Nyonya akan pulih seiring waktu, asalkan cukup tidur dan makan dengan baik," Lovis dengan cepat menanggapi dengan jawaban yang sudah dipersiapkan. Bastian, yang telah diam beberapa saat, tampak setuju dengan menganggukkan kepala.

"Hal yang sama juga berlaku untuk Margrethe," Lovis menambahkan laporan terakhirnya saat mereka mendekati kamar tidur Nyonya. Bastian berhenti dan menatapnya dengan tajam.

"Margrethe?"

"Ah ya. Anjing milik Nyonya. Nyonya menamainya sendiri hari ini. Saat ini, Margrethe ada dalam perawatan pelayan," penjelasan Lovis membuat alis Bastian semakin berkerut. Saat Lovis mulai gugup, Bastian tertawa.

"Margrethe." Bastian mengulangi nama itu dengan tawa senang. "Ya, aku mengerti. Aku menghargai kerja kerasmu."

Bastian berbalik untuk menatap Lovis sekali lagi dengan senyum tipis di wajahnya. Lovis memandangnya dalam diam sejenak sebelum mundur beberapa langkah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Para pengurus rumah tangga yang mengikuti di belakangnya juga dipersilakan pergi. Tampaknya Bastian tidak membutuhkan bantuan lagi. Bahkan Margrethe, yang telah dimandikan dan diberi pakaian, naik pangkat setelah dipromosikan.

Bastian melepas topi perwiranya sebelum berjalan ke pintu kamar tidur Nyonya dan membukanya tanpa mengetuk. Suara langkah kakinya melewati ambang pintu segera diikuti oleh suara pintu yang ditutup.

Lovis mempercepat langkahnya saat ia meninggalkan koridor di depan kamar tidur dan mulai berjalan pergi. Matahari terbenam telah memberikan mansion rona warna yang diredam, yang menambah kemewahannya.

Cahaya bulan bersinar melalui jendela, memberikan cahaya lembut pada wajah Odette yang damai. Odette tersesat di dunia mimpi, di mana segalanya mungkin terjadi. Naik turunnya dadanya yang lembut adalah satu-satunya indikasi bahwa ia masih hidup. Ruangan itu sunyi, kecuali sesekali tirai berdesir tertiup angin.

Saat Bastian melangkah keluar ke balkon, udara laut asin menerpa wajahnya. Ia memandang hamparan air yang tak berujung, ombak berdebur di pantai dengan ritme menenangkan. Bastian mendengarkan dengan seksama, dan saat ia mendengar suara napas Odette menjadi lebih santai, ia tahu Odette akhirnya tertidur. Bastian menarik napas dalam-dalam dan menutup mata, merasakan angin sejuk di kulitnya.

Saat Odette berbaring di tempat tidur, melodi ombak laut menenangkan melayang melalui jendela yang terbuka. Angin asin membawa suara burung camar dan dengungan perahu, menidurkannya dalam tidur yang damai.

Bastian dengan hati-hati menutup jendela, jantungnya berdebar kencang dengan antisipasi. Ia berbalik, matanya terpaku pada tempat tidur. Cahaya bulan tersaring melalui tirai tipis, memberikan cahaya lembut di atas tempat tidur empat tiang yang megah.

Bastian tetap memegang ujung tirai saat ia melihat melalui tirai untuk melihat siluet Odette di baliknya. Tampaknya dirinya bisa bertahan sampai senja berakhir. Bahkan jika itu terjadi, kekacauan tidak akan bertahan lama.

"Bastian...?"

Ketika ia di ambang melepaskan pegangannya pada tirai, Bastian tiba-tiba menyadari seseorang membisikkan lembut namanya. Odette, yang baru saja sadar, berbicara dengan suara dipenuhi rasa kantuk.

Tanpa sadar, Bastian menahan napas saat berusaha untuk mendapatkan pegangan yang lebih kuat pada tirai. Odette dengan hati-hati mengangkat dirinya sambil menyembunyikan wajahnya dalam bayangan yang dilemparkan oleh renda yang bergerak. Ruangan kembali menjadi tenang saat suara rambutnya yang panjang dan mengalir bergesekan dengan seprai tidak lagi terdengar.

Bastian menarik kembali tirai yang ia tidak bisa lepaskan saat matahari terus terbenam.

Dalam cahaya redup, senyum Odette mengungkapkan sedikit kenakalan.

Langit dilukis dalam perpaduan indah warna merah dan biru.

Odette bergerak-gerak, rambutnya yang panjang bergesekan dengan seprai. Akhirnya, suara rambutnya yang bergesekan dengan tempat tidur berhenti.


Postingan Terkait

Lihat Semua

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Donasi Pembelian Novel Raw untuk Diterjemahkan

Terima kasih banyak atas dukungannya 

bottom of page