;
top of page

Bastian Chapter 97

  • 9 Sep
  • 4 menit membaca

※Babak Baru※

"Bahkan setelah menikah dan punya anak, dia masih sekeras kepala seperti dulu. Rasanya aku akan masuk peti mati duluan sebelum Isabelle jadi penurut," ujar Countess Trier dengan suara tajam, mengatasi deru gerbong kereta.

"Tidak apa-apa, Countess," sebuah senyum tipis muncul di wajah Odette. Sang Countess menutup kipasnya dan mendecakkan lidah.

Isabelle, ditemani suami dan putranya, berkunjung ke Berg. Ia disambut dengan upacara megah, menandai kunjungan kenegaraan pertamanya sebagai Putri Belov. Setelahnya, akan diadakan pesta dansa di malam hari.

"Entah mengapa, rasanya begitu," kata Countess sambil mengamati Odette dengan sedikit khawatir.

Odette sebenarnya sudah menerima undangan pesta dansa dan menjawab bahwa ia tidak akan hadir karena alasan kesehatan. Namun, kekeraskepalaan Isabelle tidak mau menerima jawaban 'tidak', sehingga Odette kini mendapati dirinya berada di dalam kereta menuju istana.

Ada alasan di balik desakan Isabelle. Ia ingin menghapus masa lalu mereka di depan semua orang. Sepertinya Permaisuri telah menyerah pada tuntutan putrinya.

"Seharusnya kau mengikuti suamimu. Jelas sekali Isabelle memanfaatkan ketidakhadirannya untuk menganiayamu," keluh Countess.

Meskipun Countess Trier tampak kesal dan marah dengan situasi ini, Odette tidak bisa menahan tawanya.

"Aku tidak mengerti mengapa kau dan Bastian harus berpisah seperti ini, padahal kasih sayang di antara kalian begitu jelas. Apa cukup hanya dengan surat cinta?"

"Bastian hanya ingin saya hidup dengan tenang," jawab Odette, menyeka keringat dingin di dahinya dengan sapu tangan.

"Lihat dirimu, Sayang. Bagaimana kau bisa menyebut ini hidup tenang?"

"Saya hanya sedikit kedinginan," Odette berdalih.

"Omong kosong. Demammu sangat tinggi sampai dokter bisa menggoreng telur di dahimu, namun kau masih menyangkalnya. Sudah berapa kali ini terjadi sebelum kau menganggapnya serius?"

Memang benar, kesehatan Odette terus memburuk sejak awal musim panas, tapi ia memang tidak pernah benar-benar sehat sejak awal. Countess khawatir tentang apa yang akan terjadi pada Odette.

"Meskipun dia putri Permaisuri, bukan alasan tepat memamerkan orang sakit demi kesenangan dirinya sendiri."

"Permaisuri sudah sangat pengertian. Begitu Isabelle selesai, saya akan langsung pulang," balas Odette.

"Ah, benarkah..." Countess mengerutkan kening pada Odette, tidak bisa memahami mengapa Odette begitu acuh tak acuh.

Odette menghela napas sambil melihat ke luar jendela. Kereta melaju melewati persimpangan yang dihiasi air mancur marmer. Di atas gedung-gedung megah di kejauhan, sebuah trisula berkilauan yang melambangkan dewa laut, menarik perhatiannya.

Ia terpaku pada kastil angkatan laut, rona abu-abunya bersinar di bawah matahari terbenam. Para perwira muda pasti sedang dalam perjalanan pulang sekarang, tidak sabar untuk berada dalam kehangatan rumah dan pelukan pasangan mereka.

Odette melihat seorang wanita muda duduk di dekat air mancur. Ia bangkit dengan cepat, merapikan pakaiannya dan wajahnya memerah, bukan karena sinar matahari.

"Aku yakin kau tidak sabar untuk melihatnya lagi," kata Countess. "Apa kau merindukan suamimu yang kejam itu, meskipun ia tidak pernah meluangkan waktu untukmu selama dua tahun terakhir?"

"Bukan begitu," kata Odette, menggelengkan kepalanya. Ia melihat wanita itu memeluk seorang pria muda berseragam angkatan laut berwarna biru tua. "Hanya saja sulit baginya untuk mencari waktu. Ia punya banyak tugas yang sering membuatnya pergi. Ia akan mengambil cuti saat ia bisa."

"Apa kau benar-benar berpikir segalanya akan hancur hanya karena seorang perwira memutuskan untuk mengambil cuti sebentar untuk bersama istrinya? Karirnya telah menyita dirinya, dan sayangnya, kau telah dikesampingkan," Countess mendengus. "Jika suamimu benar-benar berniat, ia akan datang menemuimu, tidak peduli apa pun."

"Saya tidak meragukannya," jawab Odette.

"Kau cerdas..."

"Saya tidak bisa menemuinya karena beberapa hal tidak berjalan dengan baik. Bastian selalu begitu baik dan setia, merawat ayah dan adikku," jelas Odette.

"Kau benar-benar tidak suka ketika orang menghina suamimu, ya? Meskipun itu kebenaran," Countess tersenyum nakal.

Meskipun ada kesalahpahaman, Odette memilih untuk tidak berdebat dan memutuskan untuk tetap menjadi istri yang setia, sambil juga mengkhawatirkan konsekuensi dari perceraian. Ia menyadari hal itu berada di luar kendalinya.

Saat istana terlihat, Odette mengeluarkan sebuah botol kecil dari tasnya, obat yang diresepkan oleh Dokter Kramer. Saat Countess membuka syalnya, Odette menenggak isinya dalam sekali teguk.

Odette, istri sang pahlawan, dan wanita kekaisaran menarik napas dalam-dalam, merenungkan misi malam itu. Istana kekaisaran, yang terlihat melalui jendela, dihiasi dengan lampu-lampu brilian yang seolah menerangi langit.

Odette melangkah keluar dari kereta dengan percaya diri dan senyum, menyambut cahaya yang mendorong kembali kegelapan malam.

Pelabuhan militer di Pulau Trosa, yang terletak di pantai selatan, adalah rumah bagi Armada Laut Utara. Dengan fasilitasnya yang luas dan warna abu-abu kusam, tempat itu biasanya suram, tetapi hari ini berbeda.

"Kita akan sampai dalam waktu sekitar lima belas menit, Mayor," sebuah suara gugup menarik perhatian Bastian. Ia mengalihkan perhatiannya dari jendela pada sopir, yang terlihat menelan ludah.

Bastian mengangguk, tetapi tidak mengatakan apa-apa, kembali fokus pada kertas yang ia baca, sebelum dunia di luar mengalihkan perhatiannya. Kertas berisi laporan Thomas Mueller, yang luar biasa tebal. Bastian meluangkan waktu untuk memeriksa detailnya.

Ia siap memulai babak baru.Ā 

Jelas dalam satu hal, jika perang terakhir tidak lebih dari gangguan, kali ini akan mengarah pada perang total. Sesuatu yang lebih disukai Bastian, karena garis-garis pertempuran jauh lebih jelas untuk diikuti.

Setelah laporan selesai, Bastian beralih ke dokumen berikutnya, yaitu tentang Odette dan kegiatan terbarunya. Ia memeriksa yang ini dengan cermat. Itu adalah gambaran sekilas tentang kompetensi kepolisian. Terorganisir dengan baik dan teliti dalam detail tentang status ayah dan adik perempuan Odette.

Seperti biasa, tidak ada yang aneh.

Selain menjadi istrinya, kehidupan Odette agak biasa dan tidak menarik. Ia menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya dan tidak banyak lagi. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam tembok mansion Ardenne, menjaga lingkaran sosial yang sangat kecil, dengan sedikit interaksi antara Theodora dan putranya, Franz.

Di halaman terakhir laporan tipis, ada foto Odette dan Franz menghadiri pameran khusus di museum, sebuah upacara pembukaan dari bulan sebelumnya. Odette mengagumi lukisan-lukisan itu, sementara Franz mengagumi Odette. Tidak ada yang bermasalah, tetapi tidak diragukan lagi skandal akan muncul karenanya.

Perselingkuhan dengan saudara tiri suaminya.

Andai saja itu alasan yang cukup untuk bercerai dan andai saja pertunangan putus asa Theodora dengan Count Klein bisa dihancurkan.

Saat menyortir laporan, mereka berhenti di pos pemeriksaan, di luar pelabuhan dipenuhi dengan aktivitas. Setelah identitas dikonfirmasi, sopir dengan cepat mengemudi menuju dermaga di mana kapal transportasi menunggu.

Melirik jam tangannya, Bastian melangkah keluar dari mobil dengan anggun. Laut Utara yang tenang, tanpa angin dan ombak, berkilauan dalam rona biru yang dingin.

Ada waktu setengah jam sampai keberangkatan.

JANGAN DI-REPOST DI MANA PUN!!!


Postingan Terkait

Lihat Semua

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Donasi Pembelian Novel Raw untuk Diterjemahkan

Terima kasih banyak atas dukungannya 

bottom of page